Mengapa Silwan Jadi Tempat Protes Warga Palestina?

Warga Palestina di Silwan menghancurkan rumah dan toko mereka sendiri.

AP/Mahmoud Illean
Mengapa Silwan Jadi Tempat Protes Warga Palestina? Pandangan umum lingkungan Palestina di Silwan di Yerusalem timur, terlihat pada hari Rabu, 1 Juli 2020. Para pemimpin Israel melukiskan Yerusalem sebagai model koeksistensi, ibu kota orang Yahudi yang bersatu, abadi, di mana kaum minoritas memiliki hak yang sama. Tetapi warga Palestina menghadapi diskriminasi yang meluas, sebagian besar tidak memiliki kewarganegaraan dan banyak yang hidup dalam ketakutan akan dipaksa keluar.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Warga Palestina di Distrik Silwan, Yerusalem Timur menghancurkan rumah dan toko mereka sendiri. Video yang tersebar luas di media sosial memperlihatkan para pemuda meruntuhkan tembok sementara anak-anak bermain dengan puing-puing di lingkungan yang diduduki Israel.

Baca Juga


Ahad lalu merupakan batas waktu yang ditetapkan oleh pengadilan Israel untuk pembongkaran rumah 13 keluarga Palestina. Pihak Israel mengumumkan rumah tersebut ilegal dan meminta pemilik Palestina segera meninggalkan agar ditempati oleh pemukim Yahudi.

Apa yang mendorong pembongkaran rumah?

Jika warga Palestina tidak menghancurkan rumah mereka sendiri, pemerintah Israel akan merobohkannya dan menagih denda sekitar enam ribu dolar Amerika. Kejadian ini tentu bukan pertama kali yang terjadi pada warga Palestina. Di masa lalu, pemerintah Israel telah menundukkan beberapa keluarga Palestina di daerah yang diduduki dengan aturan serupa.

Meskipun perintah pembongkaran saat ini memengaruhi 13 keluarga di Silwan, warga yang tinggal di sana merasa rentan akan mengalami nasib yang sama. Setidaknya ada 119 keluarga yang tinggal di 88 bangunan.

 

Apa argumen Israel dan Palestina?

Silwan menjadi soroton protes setelah dimulai di lingkungan Sheikh Jarrah pada awal Mei. Sebanyak 12 keluarga di Sheikh Jarrah diperintahkan meninggalkan rumah mereka yang memicu protes dan aksi setiap hari. Mereka menghadapi kekerasan dari pemukim Yahudi bersenjata yang ingin merebut rumah Palestina dan pasukan keamanan Israel.

Menurut Wakil Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Saleh Higazi, kejadian ini merupakan gambaran dari kebijakan kriminal Israel tentang pemindahan paksa warga Palestina. Pemerintah Israel berdalih rumah-rumah Palestina dibangun secara ilegal, klaim yang dibantah oleh warga Palestina.

Banyak kelompok hak asasi mengecam Israel karena menyalahgunakan pengadilan Israel untuk memaksa keluarga Palestina pergi dan mengubah demografi daerah itu dengan membangun permukiman Yahudi. Tujuan dari tindakan ini adalah menjadikan Yerusalem timur dan barat sebagai ibu kota Israel.

Kotamadya Yerusalem telah secara resmi mengubah nama lingkungan Al-Bustan Silwan menjadi Gan Hamelekh (Taman Raja). Israel membuat klaim aneh yang mengatakan daerah itu adalah taman bagi raja-raja Israel ribuan tahun yang lalu.

 

Sementara itu, orang-orang Palestina mengatakan mereka telah tinggal di rumah-rumah ini selama beberapa dekade dan mewarisinya dari kakek-nenek mereka. Beberapa di antaranya lebih tua dari negara Israel yang didirikan pada 1948.

Menurut hukum internasional, permukiman Israel dan pengusiran paksa dianggap ilegal. Namun, warga Palestina hanya bisa menolak keputusan ini. Hukum Israel dibangun dengan gagasan orang-orang Yahudi memiliki hak ilahi atas tanah dan properti milik orang Palestina.

Hukum Israel juga mengizinkan orang-orang Yahudi mengambil alih properti orang-orang Palestina. Undang-undang menyangkal hak yang sama bagi warga Palestina yang telah dirampas asetnya sejak Israel terbentuk pada 1948. Dalam praktiknya, itu berarti banding pengadilan oleh Palestina hanya dapat menunda penggusuran atau pembongkaran sampai pemberitahuan lebih lanjut.

https://www.trtworld.com/magazine/why-silwan-became-another-palestinian-protest-hotspot-47904

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler