Mitos, Air Kelapa Bisa Netralisasi Fungsi Vaksin
Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh bukanlah racun yang disangka segelintir orang.
REPUBLIKA.CO.ID, NAGAN RAYA -- Dokter ahli penyakit dalam di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, Edi Hidayat, mengatakan meminum air kelapa sebelum atau sesudah menerima suntikan vaksin Covid-19, untuk menetralisasi fungsi vaksin sama sekali tidak benar. Itu dinilainya hanya sebuah mitos.
"Jadi, fenomena ramai-ramai minum air kelapa untuk mencegah fungsi vaksin itu sebaiknya dihentikan, karena fungsi vaksin yang masuk ke dalam tubuh itu tetap ada," kata Edi, Ahad (4/7).
Dia menyebut, tidak ada relevansi (kaitannya) antara vaksin dengan air kelapa yang diminum oleh masyarakat, jika tujuannya untuk menghilangkan fungsi vaksin yang sudah disuntik ke dalam tubuh seseorang. Edi vaksin yang sudah disuntik tersebut bukan racun seperti yang selama ini disangka oleh sebagian besar masyarakat di Tanah Air, termasuk di Aceh. Kandungan material di dalam vaksin Covid-19 adalah antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, dengan tujuan untuk membentuk antibodi, guna memperkuat imunitas seseorang dan kebal terhadap virus.
"Jadi, jangan berpikir minum air kelapa untuk menetralisasi racun. Vaksin itu bukan racun," kata Edi.
Dia menjelaskan, di dalam 100 mililiter air kelapa mengandung sejumlah senyawa seperti natrium, fosfor, kalsium, karbohidrat, serta kandungan vitamin lainnya untuk memperkuat imunitas. Vitamin di dalam air kelapa berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah radikal bebas di dalam tubuh. "Yang harus dipahami oleh masyarakat, kita divaksin supaya tidak terinfeksi Covid-19, sekaligus mencegah kematian. Kalau pun misalnya sesudah divaksinasi terkena Covid-19, efeknya sangat kecil, karena imunitas tubuh kita sudah diperkuat," jelasnya.
Namun, bagi masyarakat yang gemar meminum air kelapa untuk meningkatkan imunitas, hal tersebut boleh-boleh saja. Asalkan masyarakat tidak berpikir bahwa dengan meminum air kelapa akan menurunkan fungsi vaksin Covid-19. "Itu adalah kekeliruan dan sama sekali tidak benar," kata Edi.