Bangladesh Kekurangan Pasokan Oksigen untuk Pasien Covid-19

Kapasitas rumah sakit di ibu kota Dhaka, Bangladesh mendekati jumlah maksimal

EPA
Sejumlah warga menaiki becak saat hari pertama pemberlakuan lockdown di Dhaka, Bangladesh, Senin (28/6). Pihak berwenang Bangladesh memberlakukan lockdown total secara nasional karena terjadinya peningkatan lonjakan kasus Covid-19. EPA-EFE/MONIRUL ALAMPutra M. Akbar
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pasokan oksigen di rumah sakit rujukan Covid-19 di Bangladesh mulai menipis. Sementara, kapasitas rumah sakit di ibu kota Dhaka mendekati jumlah maksimal di tengah gelombang pandemi yang cukup parah.

Baca Juga


Pejabat kesehatan Bangladesh mengatakan, pihaknya mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan pasokan oksigen, jika kasus harian tetap berada pada angka 7.000 selama berhari-hari. Bangladesh mencatat rekor kasus harian tertinggi yaitu 11.525 infeksi pada Selasa (6/7). Dengan demikian total kasus Covid-19 menjadi 966.406.

Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DGHS), sekitar 163 orang meninggal dalam 24 jam terakhir sehingga total jumlah kematian menjadi 15.392. Bangladesh memiliki total 1.217 tempat tidur unit perawatan insentif (ICU). Dari total tersebut, pada Selasa (6/7) hanya tersisa sekitar 356 tempat tidur di ICU. Sementara, ibu kota Dhaka memiliki 839 tempat tidur ICU, yang kapasitasnya hampir penuh.  

Seorang warga distrik Jhenaidah barat daya, Belal Hossain Rahat, mengatakan, ayah dan ibunya mengalami kesulitan bernapas dan demam tinggi karena Covid-19. Kedua orang tua Rahat saat ini menjalani isolasi mandiri di rumah, karena tidak ada fasilitas ICU di distrik tersebut. 

“Kondisi yang tidak memungkinkan di rumah sakit kabupaten telah memaksa kami untuk mengatur perawatan (orang tua) di rumah.  Kami sudah melakukan persiapan yang diperlukan. Dan, jika kondisinya tidak berubah, kami harus pindah ke Dhaka untuk perawatan yang lebih baik,” ujar Rahat, dilansir Anadolu Agency, Rabu (7/7).

 

Mengacu pada situasi saat ini di rumah sakit pemerintah di tingkat kabupaten, juru bicara Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Nazmul Islam mengatakan, rasio dokter-pasien di Bangladesh hanya 5,26 per 10.000 penduduk. Hal itu menimbulkan kesenjangan dalam memberikan pengobatan dan perawatan kesehatan.

Sebagian besar rumah sakit khusus telah dibangun di Dhaka dan kota-kota besar. Jadi, orang sering pindah ke Dhaka untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik.

“Sampai saat ini belum ada krisis pasokan oksigen yang serius, tetapi jika angka infeksi terus berlipat ganda dan masyarakat membutuhkan oksigen maka tentu akan sulit untuk memenuhi permintaan tersebut,” kata Nazmul Islam. "Kami sudah menyiapkan rencana pengadaan untuk cadangan lebih banyak oksigen di sejumlah rumah sakit," ujarnya.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan memiliki kapasitas menyediakan sekitar 210-220 ton oksigen cair setiap hari. Tetapi para ahli dan laporan media memperkirakan bahwa, permintaan oksigen harian telah melampaui 230 ton di tengah lonjakan infeksi sejak pekan lalu. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler