Varian Delta Menyebar 225 Persen Lebih Cepat, Kenapa?

Varian delta berkembang dengan sangat cepat di dalam saluran pernapasan.

Pixabay
Ilustrasi virus corona.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian delta kini dijuluki sebagai varian SARS-CoV-2 yang paling menular di dunia oleh para ilmuwan. Berdasarkan data, varian delta menyebar 225 persen lebih cepat dibandingkan varian orginal SARS-CoV-2. Apa yang membuat varian delta sangat menular?

Studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti Guangdong Provincial Center for Disease Control and Prevention (CDC) berhasil menemukan jawabannya. Para peneliti mengungkapkan bahwa varian delta sangat menular karena varian ini berkembang dengan sangat cepat di dalam saluran pernapasan.

Sebagai perbandingan, orang yang terinfeksi varian delta bisa memiliki salinan virus sekitar 1.000 kali lebih banyak di saluran pernapasan mereka dibandingkan dengan orang-orang yang terinfeksi strain original SARS-CoV-2.

Selain itu, orang yang terinfeksi varian delta dapat menularkan Covid-19 kepada orang lain dengan lebih dini. Strain original SARS-CoV-2 rata-rata membutuhkan waktu enam hari untuk bisa mencapai kadar yang bisa terdeteksi, sedangkan strain varian delta hanya membutuhkan waktu sekitar empat hari.

Para peneliti berhasil mendapatkan temuan baru ini setelah menganalisis pasien-pasien Covid-19 di Guangzhou, China, yang terdampak oleh varian delta pada periode 21 Mei 2021 hingga 18 Juni 2021. Periode tersebut merupakan gelombang pertama dari varian delta di wilayah tersebut.

Selama penelitian berlangsung, peneliti mengukur kadar virus di dalam tubuh 62 pasien Covid-19 yang terpapar varian delta. Peneliti juga melibatkan data dari 63 pasien Covid-19 yang terinfeksi pada awal pandemi di 2020.

Di tengah maraknya varian delta, peneliti menekankan pentingnya melakukan karantina sesegera mungkin selama 14 hari setelah berkontak dengan orang yang terdiagnosis Covid-19. Selain itu, peneliti juga menyoroti peran besar vaksinasi dalam membantu mengendalikan pandemi Covid-19.

"Kita tahu bahwa varian delta saat ini melonjak di negara-negara dengan tingkat vaksinasi rendah," ungkap Direktur CDC Dr Rochelle Walensky, seperti dilansir NPR.

Dr Walensky mengatakan sekitar 99,5 persen kematian akibat Covid-19 di sebagian negara bagian Amerika Serikat selama beberapa bulan terakhir dialami oleh pasien-pasien yang tidak divaksinasi. Dr Walensky juga menekankan bahwa vaksinasi dapat membantu mencegah kejadian Covid-19 bergejala berat, perawatan di rumah sakit, dan kematian akibat varian delta.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler