Keutamaan Istri Nabi SAW, Saudah Binti Zam'ah
Saudah salah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang mukmin di masa Nabi Muhammad SAW adalah tauladan terbaik yang patut dicontoh Muslimin masa kini. Terlebih orang yang tergolong sangat dekat, seperti istri-istri Nabi memang patut dicontoh kebaikannya oleh para Muslimah.
Salah seorang istri Nabi, Saudah binti Zam'ah adalah salah satu yang cukup sedikit diriwayatkan kisahnya. Banyak yang mengira dia dinikahi setelah kematian Khadijah agar dia bisa mengurus anak-anak dan rumah tangga Nabi karena memang dikenal sebagai pengasuh yang hangat.
Namun, ternyata ada berbagai keutamaan Saudah sehingga bisa menjadi salah satu Ummul Mukminin. Berikut beberapa sifatnya dilansir di About Islam.
Saudah pemberani
Saudah adalah salah seorang yang tergolong pertama kali beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dia menerima Islam pada saat hal itu sangat mungkin berarti penyiksaan dan bahkan kematian di tangan orang Quraisy. Tapi Saudah tidak membiarkan rasa takut menghentikannya untuk menegaskan kebenaran.
Saudah adalah Muslim pertama di keluarganya dan dia memainkan peran penting sehingga suaminya (sebelum Nabi) juga masuk Islam. Dia juga termasuk orang-orang yang berhijrah ke Abyssina, meninggalkan rumahnya dan segala hartanya untuk melakukan perjalanan melintasi gurun dan lautan ke negeri yang jauh.
Setelah beberapa waktu di rumah barunya di Abyssinia, suami Saudah jatuh sakit dan meninggal dunia. Dia sekali lagi melakukan perjalanan melalui laut dan gurun, kembali ke Makkah untuk berkumpul dengan umat Islam.
Saudah adalah seorang pendongeng
Sekembalinya Saudah, dia bertemu kembali dengan orang-orang beriman di Makkah. Tapi dia tidak melupakan semua pengalamannya di Abyssinia. Seringkali dia dapat ditemukan memesona umat Islam dengan kisah-kisah perjalanan dan petualangan eksotis di Abyssinia.
Kisah-kisah favoritnya untuk diceritakan adalah yang termasuk keluarga Nabi SAW yang juga bermigrasi ke Abyssinia bersamanya. "Dia sering menceritakan pengalamannya yang tak terlupakan di Abyssinia, dan berbicara terutama tentang putri [Nabi] Ruqayyah dan suaminya, Utsman bin Affan. Nabi Muhammad akan mendengarkan dengan penuh minat." (Ghadanfar). Tapi sebagai janda dia kesepian, dan dia segera menerima lamaran pernikahan dengan Nabi SAW yang juga kehilangan pasangan tercinta.
Saudah suka bercanda
Saudah suka membuat orang lain tertawa dan memiliki selera humor yang tinggi. Begitu dia melihat rasa sakit dan kesedihan di wajah suaminya (Nabi SAW), dia memutuskan humornya akan menjadi saat yang tepat untuk meringankan beban Nabi.
Saudah pernah bercerita kepada Nabi dia sholat di belakang Nabi begitu lama sehingga dia khawatir hidungnya akan berdarah karena panjang ruku (membungkuk dalam doa). Tidak ingin mendapatkan darah di mana-mana dari mimisan yang akan datang, dia menutup hidungnya. Nabi yang tidak bisa tidak membayangkan gambaran lucu Saudah memegang hidungnya saat sholat akhirnya tersenyum dan reda kesedihannya.
Pada satu kesempatan, Aisha RA dan Hafsa RA, mengetahui ketakutan besar Saudah terhadap Dajjal (juga dikenal oleh orang Kristen sebagai Antikristus). Namun, keduanya justru mulai berbicara tentang hal ini di depan Saudah.
Saudah kemudian sangat takut sehingga dia segera berlari ke ruangan gelap yang penuh dengan sarang laba-laba untuk bersembunyi dari monster itu. Ketika Nabi Muhammad SAW masuk, dia menemukan kedua istrinya sedang tertawa sehingga Nabi bertanya kepada mereka apa yang begitu lucu.
Saat diberi tahu apa yang terjadi, Nabi memanggil Saudah untuk keluar karena tidak ada monster di sekitarnya. Dia keluar dengan malu-malu menertawakan dirinya sendiri.
Saudah sangat murah hati
Saudah dikenal juga sebagai orang yang suka beramal. Setelah Nabi wafat dan Saudah menjadi janda sekali lagi dan telah mencapai usia tua, para sahabat Nabi mengambil tanggung jawab merawat istri Nabi. Tetapi Saudah justru berusaha merawat orang-orang yang dia anggap lebih membutuhkan daripada dirinya sendiri.
"Selama pemerintahannya, Umar bin Khattab mengiriminya sekantong penuh dirham." Dia bertanya apa itu, dan setelah mengetahui itu adalah uang, dia sangat terkejut. Dia kemudian membagikan uang itu kepada orang miskin dan yang membutuhkan.” (Ghadanfar)
Aisha RA bahkan berkata tentang Saudah, “Tidak pernah aku menemukan wanita yang lebih mencintaiku daripada Saudah binti Zam'ah. Saya berharap saya bisa persis seperti dia. (HR. Muslim).
Saudah adalah contoh wanita yang baik, humoris, dan murah hati yang bisa kita semua hormati dan perjuangkan untuk menjadi seseorang yang pribadinya seperti Saudah. Dia memegang peran penting dalam perkembangan awal umat Islam, dan termasuk di antara generasi terbaik umat manusia.