Satu Dosis Vaksin AZ Lindungi dari Keparahan Akibat Delta
Studi efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap varian delta dilakukan di Kanada.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan merebaknya varian delta dari virus penyebab Covid-19, penelitian semakin digencarkan untuk mencari tahu efektivitas vaksin terhadapnya. Studi terbaru menyajikan data bahwa satu dosis vaksin AstraZeneca bisa melindungi penerimanya dari kasus parah akibat infeksi varian delta.
Temuan awal studi yang digagas oleh para peneliti yang berafiliasi dengan University of Toronto itu diunggah ke server pracetak medRxiv. Tim menganalisis hampir 70 ribu orang di Ontario, Kanada, yang berusia di atas 16 tahun dan terinfeksi Covid-19 dari Desember 2020 hingga Mei 2021.
Hasilnya menunjukkan, pemberian satu dosis vaksin AstraZeneca 88 persen efektif mencegah kasus Covid-19 yang parah akibat infeksi varian delta. Sementara itu, dosis tunggal vaksin Pfizer memberi perlindungan 78 persen dan Moderna 96 persen terhadap kasus sama.
Studi tidak dapat memperkirakan efektivitas vaksin terhadap delta setelah pemberian dua dosis vaksin AstraZeneca atau Moderna karena sama sekali tidak ada kasus positif dari mereka yang sudah menjalani vaksinasi penuh. Hanya saja, temuan tersebut belum melalui peer review atau ulasan sejawat.
Menurut para peneliti, perkiraan efektivitas vaksin dari tiga pengembang vaksin tersebut menunjukkan tingkat perlindungan cukup tinggi. Khususnya, terhadap infeksi simtomatik dan kasus parah yang disebabkan oleh empat varian yang kini menjadi perhatian.
"Ada kemungkinan pemberian dua dosis akan memberikan perlindungan yang lebih tinggi. Temuan kami memiliki implikasi kebijakan kesehatan masyarakat di seluruh dunia," ungkap peneliti lewat sebuah pernyataan, dikutip dari laman Fox News, Sabtu (24/7).
Mereka menyarankan daerah dengan pasokan vaksin terbatas dapat menunda pemberian dosis kedua guna lebih memprioritaskan vaksinasi tahap pertama secara lebih luas kepada seluruh populasi. Hasil studi mendapat tanggapan positif dari AstraZeneca.
Wakil Presiden Eksekutif R&D BioPharmaceuticals di AstraZeneca, Mene Pangalos, menganggap riset tersebut sebagai temuan ilmiah penting. Terlebih, dengan munculnya beragam varian Covid-19 yang bisa menghambat jalan untuk mengakhiri pandemi.
"Sangat penting untuk terus melindungi sebanyak mungkin orang di seluruh penjuru dunia agar dapat mengatasi penyakit mematikan ini," kata Pangalos. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian delta telah terdeteksi di sedikitnya 124 negara.