Tunisia Kewalahan Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19

Sistem kesehatan Tunisia hampir runtuh setelah kewalahan oleh lonjakan kasus Covid-19

EPA
Habib Bourguiba, kota Tunis, Tunisia tampak kosong saat pemberlakuan karantina wilayah untuk mencegah penyebaran Covid-19 pad 9 Mei 2021. Pemerintah menolak memberlakukan total lockdown karena faktor ekonomi. Kini, sistem kesehatannya ambruk oleh lonjakan kasus Covid-19.
Rep: Rizky Suryandika Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem kesehatan Tunisia hampir runtuh setelah kewalahan oleh lonjakan kasus Covid-19. Sejumlah negara dan individu turun tangan untuk membendung krisis disana.

Baca Juga


Warga Tunisia di luar negeri dan warga negara lain mengorganisir peralatan dan sumbangan vaksin yang sekarang membantu memerangi pandemi. Negara di Afrika Utara yang berpenduduk 12 juta orang itu telah berjuang untuk mendapatkan dosis vaksin yang diperlukan bahkan sebelum Covid-19 benar-benar mulai menyerang.

"Sekarang lebih dari tiga juta dosis vaksin, sebagian besar hasil sumbangan telah dikirim. Dengan jumlah yang ditetapkan mencapai lima juta dosis pada pertengahan Agustus," kata kementerian kesehatan Tunisia dilansir dari AFP pada Ahad (25/7).

China dan Uni Emirat Arab masing-masing telah memasok 500 ribu dosis vaksin ke Tunisia. Adapun tetangganya Aljazair memberikan 250 ribu vaksin. 

 

 

Menurut hitungan AFP pada Rabu (21/7), Tunisia mencatat 1,4 kematian harian per 100.000 penduduk selama tujuh hari sebelumnya. Kondisi ini menempatkannya sebagai yang terburuk kedua secara global pada metrik ini setelah Namibia. 

Kengerian makin menjadi sengan pengguna internet Tunisia telah membagikan video keluarga panik yang tidak dapat menemukan tempat tidur, petugas medis yang mengkhawatirkan kekurangan oksigen, dan tubuh yang dijejalkan ke kamar mayat yang penuh sesak. 

Perwakilan Institut Pasteur di Tunisia Hechmi Louzir mengatakan kehadiran sumbangan berarti mempercepat program vaksinasi. Harapannya dengan demikian mengurangi penyebaran virus. 

"Tunisia dapat mencapai tujuan untuk memvaksinasi sekitar 50 persen populasi pada pertengahan Oktober", kata Louzir.

Louzir mengungkapkan di masa 'normal' pra-Covid, rumah sakit umum di Tunisia mengalami manajemen yang buruk dan kekurangan sumber daya. Pada awal musim panas, mereka mengajukan permohonan bantuan, khususnya untuk peralatan pelindung pribadi dan sumber daya perawatan intensif. 

 

 

Kelompok-kelompok termasuk organisasi dokter muda negara itu, kedutaan besar Tunisia di luar negeri dan bahkan warga negara Tunisia menyelenggarakan acara penggalangan dana. 

"Mobilisasi masyarakat sipil menyelamatkan Tunisia dari skenario bencana," kata ginekolog dan anggota organisasi dokter muda di Kairouan, Cyrine Chedly.

Pusat kota Tunisia menjadi salah satu lokasi yang pertama dilanda pandemi. Bahkan beberapa mayat dibiarkan tergeletak di kamar di sebelah pasien yang masih hidup hingga 24 jam karena kurangnya staf untuk membawa mereka ke kamar mayat yang terlalu banyak. 

"Sumbangan konsentrator oksigen telah memungkinkan untuk mengurangi jumlah kasus serius dan kematian di rumah sakit utama kota itu," kata Dr Chedly.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler