Usia Belum 40, Penolak Vaksin Alami Gejala Berat Lalu Wafat

Pria Inggris sempat berharap bisa memutar ulang waktu untuk mendapatkan vaksin Covid.

Tangkapan layar
Matthew Keenan, warga Inggris yang berprofesi pelatih sepakbola, menyesal tidak divaksinasi. Pria berusia 34 tahun itu kini berjuang melawan Covid-19 di rumah sakit.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pria di Inggris bernama Mathhew Keenan meninggal setelah terinfeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Di saat-saat terakhir, ia mengatakan seandainya dapat memutar kembali waktu, agar bisa mendapatkan vaksin.

Keenan selama ini dikenal sebagai sosok yang skeptis terhadap vaksin. Ia meragukan kemanjuran vaksin Covid-19 dan menolak untuk mendapatkannya, meski tidak ada kondisi yang menghalanginya.

Hingga kemudian, Keenan terinfeksi SARS-CoV-2, virus corona jenis baru penyebab Covid-19. Ia dirawat di rumah sakit pada awal Juli.

Baca Juga


Pria berusia 34 tahun itu juga sempat mengalami koma karena gejala Covid-19 yang parah dideritanya. Selang beberapa pekan setelahnya, Keenan meninggal dunia.

Di saat-saat terakhir, Keenan sempat mengatakan kepada teman-teman dan dokter yang merawatnya bahwa dirinya merasa sangat menyesal karena tidak mendapatkan vaksin. Atas persetujuan sang pasien, Leanna Cheyne, seorang dokter dan konsultan pernapasan di Bradford Royal Infirmary, Inggris membagikan foto dari Keenan yang harus mendapatkan alat bantu oksigen di rumah sakit selama perjuangannya melawan Covid-19.

"Pria berusia 34 tahun, seorang pelatih sepak bola dan ayah yang mengaku skeptis terhadap vaksin, hingga terkena Covid-19 dan berharap bisa memutar waktu jika dapat melakukannya," tulis Cheyne melalui jejaring sosial Twitter, dilansir The Sun, Selasa (27/7).

Menurut Cheyne, Keenan adalah pasien Covid-19 dengan gejala paling berat yang masih berusia di bawah 40 tahun. Meski vaksin tidak sepenuhnya menghindarkan risiko terinfeksi SARS-CoV-2, tetapi selama ini orang-orang yang sudah divaksin cenderung mengalami gejala lebih ringan.

"Matthew berjuang untuk hidupnya, selamatkan nyawamu,” tulis Cheyne lebih lanjut, lengkap dengan tagar #GetVaccinated #GrabAJab.

Seperti apa gejala yang dirasakan Keenan?

Keenan sempat bercerita melalui media sosial pada 2 Juli lalu tentang bagaimana Covid-19 membuatnya dalam kondisi sangat buruk. Ia merasa badannya seperti 'ditabrak truk' setelah menderita demam. Ia  merasa sangat kedinginan dan panas tinggi secara bersamaan.

Keenan juga mengalami sakit punggung yang membuatnya merasa itu adalah sakit terburuk yang pernah dirasakannya. Ia mengakhiri unggahan ceritanya dengan mengatakan bahwa Covid-19 itu nyata.

Atas kepergian Keenan, seorang teman baiknya, bernama  Billy Brown mengatakan bahwa dunia telah kehilangan seorang pria paling baik. Ia mengaku tidak berhenti menangis sejak berita kepergian sahabatnya secara tragis.

"Matthew adalah ayah yang setia, teman yang fantastis, dan pelatih tak terkalahkan," kata Brown.



Brown mengatakan bahwa saat kondisinya memburuk, Keenan sempat bilang bahwa ia berharap berharap dulu mau mendapatkan vaksin. Brown sangat berharap temannya bisa selamat ketika mengalami koma.

Di Inggris, hampir 46 juta orang telah mendapatkan vaksin pertama mereka. Sementara, sebanyak 34,8 juta lainnya telah mendapat vaksin dua dosis.

Setelah satu dosis, vaksin Pfizer 36 persen efektif melawan penyakit simtomatik dari varian delta. Sementara, vaksin AstraZeneca sekitar 30 persen efektif melawan infeksi virus.

Setelah dua dosis, vaksin Pfizer 96 persen efektif melawan gejala berat akibat Covid-19. Sedangkan, AstraZeneca memangkas risiko hingga 92 persen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler