China: AS Memanipulasi Pandemi untuk Tujuan Politik

Utusan Tetap China untuk PBB menuding AS telah memanipulasi pandemi demi politik

AP/Ng Han Guan
Seorang pekerja dengan alat pelindung memegang termometer di pintu masuk ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hubei di mana tim Organisasi Kesehatan Dunia melakukan kunjungan lapangan di Wuhan di provinsi Hubei China tengah, Senin (1/2/2021). Misi WHO tim yang menyelidiki asal-usul pandemi virus korona di Wuhan.
Rep: Kamran Dikarma Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – China mengecam Amerika Serikat (AS) karena dinilai telah memanipulasi pandemi Covid-19 untuk tujuan politik. Beijing menekankan aksi semacam itu pasti gagal.

"Kami menyarankan AS bahwa manipulasi politik tidak dapat mengalahkan pandemi. Hal itu akan mendapat sedikit dukungan dan pasti akan gagal,” kata Utusan Tetap China untuk PBB Dai Bing dalam pertemuan informal Majelis Umum PBB tentang respons pandemi Covid-19, demikian dilaporkan Xinhua pada Kamis (29/7).

Ia pun mengkritik AS karena menyalahgunakan PBB dan menggunakan studi asal-usul Covid-19 untuk terlibat dalam manipulasi politik. Dai mengatakan mempolitisasi masalah benar-benar bertentangan dengan maksud pertemuan PBB. “China dengan tegas menolak hal ini,” ujarnya.

Dai Bing menegaskan China telah menjadi peserta aktif dalam kerja sama internasional dalam mengungkap asal-usul Covid-19. Hal itu dibuktikan dengan dua kali mengundang para ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke negaranya untuk melakukan penelitian bersama.

"Para ahli mengunjungi semua tempat yang ingin mereka kunjungi. Mereka bertemu dengan semua orang yang ingin mereka temui. Mereka mencapai kesimpulan berdasarkan sains bahwa sangat tidak mungkin virus itu bocor dari laboratorium,” ungkap Dai.

Ia menyebut, atas dasar penemuan itu para ahli mengusulkan pencarian kemungkinan kasus awal dalam skala global. “Saran penting ini telah mendapat dukungan luas secara internasional,” ucapnya.

Dai menyarankan AS menghormati sains dan berhenti merusak kerja sama internasional dalam perang melawan pandemi, sekaligus upaya mengungkap asal-usul Covid-19. “AS harus menyambut para ahli WHO melakukan penelitian asal di AS dengan sikap terbuka dan transparan,” katanya.

Pernyataan Dai yang terakhir berkaitan dengan dugaan Covid-19 terlebih dulu ditemukan di AS sebelum di Wuhan, China. Washington diketahui telah melayangkan tudingan bahwa Covid-19 kemungkinan muncul akibat kebocoran laboratorium.

Sebelumnya Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan penyelidikan asal-usul Covid-19 terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebarannya di Wuhan. Terkait hal tersebut, WHO meminta China bekerja sama dan lebih transparan.

“Kami meminta China untuk transparan dan terbuka serta bekerja sama (dalam penyelidikan asal-usul Covid-19). Kita berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi,” kata Ghebreyesus dalam konferensi pers pada 15 Juli lalu.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler