Terungkap, Pasien Covid yang Dirawat di DIY Cuma 6 Persen
Luhut menginstruksikan kepada pemda DIY agar mengalihkan tempat tidur RS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan meminta konversi tempat tidur rumah sakit (RS) untuk perawatan pasien Covid-19 di DI Yogyakarta ditambah. Dalam Rakor Penanganan Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis, terungkap bahwa persentase perawatan RS untuk pasien Covid-19 di DIY terendah di antara seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali. Tercatat hanya 6,1 persen pasien Covid-19 mendapatkan perawatan di RS.
"Padahal secara umum bisa mencapai sampai 20 persen pasien yang butuh dirawat di rumah sakit, sehingga situasi yang terjadi di DIY bisa menjelaskan mengapa angka kematian itu tinggi," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Luhut menambahkan angka kematian di provinsi itu terus meningkat sejak kapasitas tempat tidur RS (bed occupancy rate/BOR) menembus angka hampir 80 persen."Kapasitas RS sudah hampir full (penuh). Oleh karena itu, saya minta kepada Pemprov dan Pemkab/Pemkot di DIY agar segera melakukan konversi TT (tempat tidur) non-Covid menjadi Covid di RS," perintahnya.
Dengan konversi tersebut, dia berharap secara keseluruhan angka konversi tempat tidur dapat mencapai 50 persen sehingga pasien dengan gejala berat dapat ditangani di RS. Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa dia telah mendapatkan laporan dari beberapa RS di Yogyakarta soal tingginya angka kematian pasien yang akhirnya meninggal di RS.
"Saya sudah datang ke DIY dan berbicara dengan teman-teman dokter di DIY, memang banyak yang masuknya sudah dengan saturasi rendah sehingga wafat," tuturnya.
Dengan tingkat saturasi yang rendah itu, menurut Menkes, masyarakat Jogja yang sakit itu perlu mendapatkan akses perawatan baik di RS ataupun di fasilitas isolasi terpusat (isoter).Menkes menambahkan, pihaknya akan segera mengirimkan oximeter ke seluruh Puskesmas di DIY.
"Oximeter itu diperlukan untuk melakukan pengukuran saturasi terutama kepada warga yang sedang isoman agar penanganannya tidak terlambat," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menuturkan bahwa pihaknya telah melakukan dua hal untuk mengintervensi penanganan Covid-19 di DIY. Pertama, BNPB membentuk satuan tugas untuk melakukan penambahan tenaga kesehatan dan non-tenaga kesehatan di DIY."Satgas ini bertugas mengatur isoter serta isoman dan telemedicine termasuk berkoordinasi dengan relawan," jelasnya.
Selain itu, Ganip menyebutkan bahwa BNPB juga mengelola empat isoter di DIY, yakni Rusun ASN BBWSO, Rusun Mahasiswa UGM, Rusun Mahasiswa UNYdan RS Medika Respati.