Kasus Infeksi Virus Pernapasan RSV Mulai Naik di Inggris
RSV merupakan virus pernapasan yang banyak menyerang anak-anak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah sakit di Inggris mengalami peningkatan pasien anak-anak yang menderita infeksi pernapasan parah. Ini termasuk lonjakan infeksi yang disebut virus syncytial pernapasan (RSV) pada bayi usia dua bulan.
Hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah rawat inap di rumah sakit untuk bronkiolitis, peradangan paru-paru yang mirip dengan bronkitis. Namun, yang jadi pertanyaan, mengapa RSV, yang dianggap sebagai penyakit musim dingin memuncak pada musim panas 2021?
Dilansir dari sciencealert, Ahad (1/8), sederhananya, pembatasan yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 juga menahan virus pernapasan lainnya. Sebab, banyak negara yang mencabut pembatasan ini, banyak penyakit pernapasan menyebar lagi.
RSV adalah patogen pernapasan yang umum sehingga hampir semua dari warga pernah terinfeksi pada usia dua tahun. Bagi sebagian besar orang, virus ini menyebabkan penyakit ringan yang menyerupai pilek berat, atau pilek dan batuk.
Gejala-gejala itu biasanya sembuh tanpa pengobatan dalam satu atau dua pekan. Namun, pada sekitar satu dari tiga anak, RSV dapat menyebabkan bronkiolitis, yakni peradangan pada bronkiolus saluran terkecil di paru-paru.
Ini membatasi saluran udara, dan pasien mengalami peningkatan suhu hingga kesulitan bernapas. Bahkan, sering kali mengeluarkan suara saat menghirup udara.
Sementara bronkiolitis bisa ditangani hanya dengan parasetamol. Namun, terkadang virus ini bisa berkembang menjadi penyakit serius.
Jika pernapasan orang muda menjadi sangat terbatas maka gejalanya bisa memburuk. Virus bisa menyebabkan suhu di atas 38 derajat Celcius, bibir biru, dan kesulitan bernapas yang meningkat.
Pada anak kecil, hal ini bisa menyebabkan mereka menolak menyusui dan dehidrasi. Bayi, khususnya yang berada di bulan-bulan pertama kehidupan, adalah yang paling rentan dirawat di rumah sakit karena saluran udaranya lebih kecil.
Sementara sebagian besar kasus bisa dikendalikan. Bahkan, bronkiolitis terkadang berakibat fatal. Sekitar 3,5 juta anak di seluruh dunia setiap tahun dirawat di rumah sakit dengan sekitar 5 persen dari kasus ini menyebabkan kematian.