Rontgen Paru Pasien Covid-19 Ungkap Pentingnya Vaksinasi
Vaksinasi dapat melindungi paru pasien Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, MISSOURI -- Seorang dokter di Missouri, Amerika Serikat memperlihatkan perbandingan hasil rontgen paru orang positif Covid-19 yang sudah mendapatkan dosis lengkap vaksin dengan yang belum divaksinasi. Rontgen orang yang tidak divaksinasi menunjukkan paru yang hampir sepenuhnya putih, yang berarti telah dipenuhi virus.
Paru-paru mereka juga memiliki jaringan parut yang intens. Hal itu mencerminkan kurangnya udara yang masuk ke organ pernapasan.
Sebaliknya, paru-paru orang yang divaksinasi tampak memiliki udara yang mengalir. Bagian paru yang bersih dari virus terlihat lebih luas daripada yang terdampak virus.
Dr Ghassan Kamel, Direktur Medis Intensive Care Unit SSM Health Saint Louis University Hospital di Missouri, Amerika Serikat telah merawat ribuan orang dengan virus tersebut. Dilansir The Sun, Rabu (4/8), ia mengatakan bahwa pasien yang dia temui lebih muda daripada mereka selama gelombang musim dingin 2020-2021 dan sebagian besar tidak divaksinasi.
Setelah satu dosis, vaksin Covid-19 Pfizer 36 persen efektif melawan penyakit simtomatik dari varian delta. Sementara itu, vaksin Oxford/AstraZeneca sekitar 30 persen efektif melawan penyakit pandemi ini.
Dua pekan setelah vaksin kedua, Pfizer memberikan 88 persen perlindungan terhadap penyebaran virus penyebab Covid-19. Vaksin AstraZeneca mendukung dengan 67 persen perlindungan.
Setelah dua dosis, vaksin Pfizer 96 persen efektif melawan risiko rawat inap. Vaksin AstraZeneca memangkas risiko yang sama hingga 92 persen.
Banyak pasien Covid-19 mengalami bentuk kegagalan pernapasan yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), yang mengharuskan pasien menerima oksigen melalui ventilator. Studi sebelumnya menunjukkan ARDS dapat secara signifikan mengurangi kualitas hidup orang, bahkan setelah mereka pulih, karena meninggalkan jaringan parut permanen di paru-paru.
Dokter mengatakan, pasien Covid-19 cenderung mengalami sesak napas terus-menerus, bahkan setelah mereka pulih. Sebagian besar dari mereka yang menderita sindrom pernapasan akut parah (SARS) mengalami sesak napas selama satu bulan setelah infeksi, dan ini kemungkinan sama untuk pasien Covid-19.
Peneliti menyebutkan, seorang perempuan sehat berusia 20-an membutuhkan transplantasi paru setelah SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, membuat organ pernapasannya tampak seperti 'burger busuk'. Pasien, yang tidak disebutkan namanya tersebut, menggunakan ventilator dan mesin jantung-paru selama hampir dua bulan sebelum operasinya tahun lalu.
Ahli bedah di Northwestern Memorial Hospital di Chicago mengatakan, Covid-19 telah membuat paru-parunya penuh lubang dan hampir menyatu dengan dinding dada. Sekarang diketahui bahwa penyakit mematikan ini dapat memiliki dampak jangka panjang bagi kesehatan pasien.
Covid-19 dapat menyebabkan kerusakan permanen pada seluruh tubuh penyintas. Efeknya bukan hanya pada paru, tetapi juga organ vital dan sistem tubuh lainnya.