Kena Covid-19 Setelah Vaksinasi, Bisakah Alami Long Covid?
Muncul pertanyaan terkait 'long covid' bagi mereka yang sudah divaksinasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Long Covid merupakan gejala-gejala yang masih mungkin terjadi kepada para penyintas Covid-19 yang telah sembuh. Beberapa gejala itu beragam, termasuk sesak nafas, jantung berdebar kencang, rambut rontok, dan lain-lain.
Long Covid terjadi setelah sembuh dari infeksi. Lamanya pun beragam, ada yang satu bulan atau lebih. Kondisi ini dapat berkembang setelah infeksi awal yang parah atau bahkan pada mereka yang awalnya memiliki gejala ringan atau tanpa gejala.
Namun, seiring dengan perkembangannya, para ilmuwan telah menemukan vaksin yang telah terbukti menurunkan gejala pada penderita Covid-19. Hal itu pun menimbulkan pertanyaan, bisakah seseorang terkena Long Covid jika terinfeksi setelah vaksinasi?
Menurut laman AP News yang dilansir Jumat (6/8), jawaban dari pertanyaan itu masih tidak jelas. Namun demikian, para peneliti sedang mempelajari kemungkinan gejala jangka panjang Covid-19 berkembang setelah vaksinasi.
Vaksin COVID-19 yang digunakan di seluruh dunia efektif untuk mencegah penyakit parah dan kematian akibat virus corona. Akan tetapi beberapa orang memang terinfeksi setelah disuntik. Dengan kasus-kasus "terobosan" seperti itu, para ahli kesehatan mengatakan vaksin akan membantu mengurangi keparahan penyakit yang dialami orang.
Tetapi para peneliti juga melihat apakah kasus-kasus terobosan itu dapat menyebabkan Long Covid. Beberapa perkiraan menunjukkan sekitar 30 persen pasien COVID-19 yang tidak divaksinasi mengalami gejala jangka panjang atau Long Covid, termasuk sesak napas, kelelahan, sulit berkonsentrasi, insomnia, dan kabut otak. Gejala serupa juga dapat berkembang setelah infeksi virus lainnya.
Sebuah studi kecil dari Israel yang diterbitkan baru-baru ini menemukan Long Covid pada beberapa petugas kesehatan dengan infeksi terobosan. Mereka mengembangkan gejala ringan termasuk batuk, kelelahan dan kelemahan yang bertahan setidaknya selama enam pekan.
Studi yang lebih besar sedang berlangsung. Para peneliti tidak tahu mengapa gejala tetap ada. Namun mereka percaya beberapa gejala mencerminkan jaringan parut paru-paru atau kerusakan organ lain dari infeksi awal yang parah. Teori lain menunjukkan virus dapat berlama-lama di dalam tubuh dan memicu respons imun yang mengarah pada gejala.