Ilmuwan Temukan Asal Usul Asteroid yang Punahkan Dinosaurus

Menurut ilmuwan, asteroid menabrak bumi 66 juta tahun lalu dan memicu peristiwa hebat

AP/NASA/Goddard/University of Arizo
Gambar tak bertanggal yang disediakan oleh NASA ini menunjukkan asteroid Bennu dari pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx. Setelah hampir dua tahun mengitari asteroid kuno, OSIRIS-REx akan mencoba turun ke permukaan berbahaya yang dipenuhi bebatuan dan menyambar segenggam puing pada hari Selasa, 20 Oktober 2020.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 66 juta tahun lalu, sebuah objek yang diperkirakan memiliki lebar enam mil atau 9,6 kilometer menabrak Bumi. Hal itulah yang memicu serangkaian peristiwa dahsyat, salah satunya adalah kematian dinosaurus dengan jenis non-unggas di planet ini. 

Baca Juga


Saat ini, para ilmuwan mulai mengetahui dari mana objek tersebut berasal. Menurut penelitian terbaru, dampak itu disebabkan oleh asteroid primitif gelap raksasa dari bagian terluar sabuk asteroid utama tata surya, yang terletak di antara Mars dan Jupiter. 

Wilayah ini adalah rumah bagi banyak asteroid gelap, batuan luar angkasa dengan susunan kimiawi yang membuatnya tampak lebih gelap memantulkan sangat sedikit cahaya, dibandingkan dengan jenis asteroid lainnya. David Nesvorný, seorang peneliti dari Southwest Research Institute di Colorado, yang memimpin studi baru mengatakan bahwa bagian luar sabuk asteroid mungkin menjadi tempat di mana primitif gelap terletak. 

“Saya tidak menyangka bahwa hasilnya akan begitu definitif," ujar Nesvorný, dilansir Live Science, Selasa (10/8). 

Petunjuk tentang objek yang mengakhiri era dinosaurus non-unggas di Bumi telah ditemukan terkubur di kawah Chicxulub. Ada bekas yang melingkar selebar 90 mil (145 km) di Semenanjung Yucatan Meksiko yang ditinggalkan oleh tabrakan objek.

Analisis geokimia kawah telah menunjukkan bahwa objek yang terkena dampak adalah bagian dari kelas chondrites berkarbon, kelompok primitif meteorit yang memiliki rasio karbon relatif tinggi dan kemungkinan dibuat sangat awal dalam sejarah tata surya.

Berdasarkan pengetahuan ini, para ilmuwan telah mencoba untuk menentukan asal penabrak. Namun, banyak teori yang runtuh seiring waktu. Para peneliti sebelumnya menduga bahwa penabrak berasal dari keluarga asteroid bagian dalam sabuk asteroid utama. 

Namun, pengamatan lanjutan dari asteroid tersebut menemukan bahwa mereka tidak memiliki komposisi yang tepat. Studi lain, yang ini diterbitkan pada Februari di jurnal Scientific Reports, menyarankan dampak itu disebabkan oleh komet periode panjang. Tetapi penelitian itu mendapat kritik.

 

Dalam studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal Icarus edisi November mendatang, para peneliti mengembangkan model komputer untuk melihat seberapa sering asteroid sabuk utama datang ke Bumi dan apakah ini yang menyebabkan berakhirnya era dinosaurus.

Simulasi selama ratusan juta tahun, model menunjukkan gaya termal dan tarikan gravitasi dari planet secara berkala melontarkan asteroid besar keluar dari sabuk. Rata-rata, sebuah asteroid dengan lebar lebih dari enam mil dari tepi luar sabuk terlempar ke jalur tabrakan dengan Bumi setiap 250 juta tahun sekali. 

Perhitungan tersebut membuat peristiwa sejenis lima kali lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya dan konsisten dengan kawah Chicxulub yang diprediksi terbentuk 66 juta tahun lalu. Kawah tersebut merupakan satu-satunya kawah yang diketahui diperkirakan telah dihasilkan oleh asteroid sebesar itu dalam 250 juta tahun terakhir.

Selain menjelaskan asal usul kawah Chicxulub, temuan ini juga membantu para ilmuwan memahami asal-usul asteroid lain yang telah menghantam Bumi lebih jauh di masa lalu. Tak satu pun dari dua kawah tumbukan terbesar lainnya di Bumi, kawah Vredefort di Afrika Selatan dan Cekungan Sudbury di Kanada, yang mengetahui asal-usul penabrak. Hasilnya juga dapat membantu para ilmuwan memprediksi dari mana penabrak besar di masa depan mungkin berasal.

 

"Kami menemukan dalam penelitian bahwa sekitar 60 persen penabrak terestrial besar berasal dari bagian luar sabuk asteroid dan sebagian besar asteroid di zona itu gelap atau primitif. Jadi ada kemungkinan 60 persen atau tiga dari lima yang berikutnya akan datang dari wilayah yang sama,” jelas Nesvorný.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler