Puji Mesir, Joe Biden Pertimbangkan Beri Bantuan Militer
AS menyebut Mesir sebagai mitra yang kontruktif
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat menyebut Mesir sebagai mitra pertahanan yang konstruktif dalam memberikan keamanan di wilayah perbatasan. AS juga memuji Mesir karena memperbarui helikopter Apache untuk menjaga keamanan perbatasan.
"Pemerintah berpandangan bahwa Mesir memainkan peran konstruktif dalam hal keamanan perbatasan, Libya, GERD (Bendungan Renaisans Besar Ethiopia), konflik di Gaza, dan lain-lain," kata Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Timur Tengah, Dana Stroul, dilansir dari Times of Israel, Rabu (11/8).
Pejabat departemen luar negeri AS dan Pentagon itu melanjutkan, Presiden AS Joe Biden sedang mempertimbangkan apakah akan melepaskan bantuan militer sebesar 300 juta dolar AS yang dikaitkan oleh Kongres dengan standar hak asasi manusia. Biden telah menjadikan hak asasi manusia sebagai prioritas dalam pembicaraan dengan Mesir.
"Kami percaya dan mendukung bahwa Mesir memiliki persoalan keamanan dan percaya bahwa bantuan keamanan ke Mesir adalah alat penting dalam mendukung kebutuhan tersebut," ucapnya.
Stroul menyampaikan hal tersebut sebagai tanggapan terhadap Senator Demokrat Chris Murphy, yang meragukan Mesir dalam kerja sama militer. Menurut Murphy, AS perlu memperhatikan masalah hak asasi manusia jika Mesir tidak mau menghadapi konsekuensinya.
Misalnya, terkait perlakuan penjara terhadap Mohamed Soltan, seorang warga AS yang telah mengajukan gugatan dengan tuduhan penyiksaan di tahanan Mesir. "Itulah jenis perilaku yang kami lihat ketika kami terus mengirimkan 1,3 miliar dolar AS ke rezim itu," kata Murphy.
Kelompok hak asasi manusia juga telah menyuarakan kemarahan atas laporan bahwa agen Mesir telah melecehkan Soltan di tanah AS sejak pembebasannya dan telah mendesak Biden untuk memberikan tekanan dengan memotong bantuan militer.
Mesir, adalah negara Arab pertama yang berdamai dengan Israel, untuk membantu menengahi gencatan senjata Mei yang mengakhiri pertempuran terburuk dalam beberapa tahun antara negara Yahudi dan Hamas, kelompok teror Islam yang menguasai Jalur Gaza.
Sisi bersekutu erat dengan mantan presiden Donald Trump, yang gagal mencoba untuk menegosiasikan kesepakatan di Grand Ethiopian Renaissance Dam, sebuah proyek besar di Sungai Nil yang dikhawatirkan Mesir dan Sudan akan membuat mereka kehilangan air vital.