Hijrah dari Hoaks
Dalam Islam, hoaks atau menyebarkan berita bohong adalah perbuatan terlarang.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah yang biasa diperingati setiap tanggal 1 Muharram sebagai tahun baru Hijriah merupakan momentum yang sangat penting dalam Islam. Dalam catatan sejarah, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya berhijrah atau pindah dari Makkah ke Madinah untuk menghindari kejahatan dan keburukan kaum Quraisy untuk memulai kehidupan baru.
Dalam konteks kekinian, sangat penting bagi umat Islam untuk menghidupkan kembali nilai-nilai dan spirit hijrah yang relevan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hijrah tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain (hijrah al-hissiyah), tetapi juga dapat dimaknai dengan berpindah dari keburukan menuju kebaikan (hijrah maknawiyah). Hijrah memberikan pelajaran kepada umat Islam agar senantiasa berproses ke arah yang lebih baik dan meninggalkan keburukan. Hal ini senada dengan hadits Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, âOrang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWTâ.
Diantara larangan Allah SWT yang harus ditinggalkan oleh umat Islam saat ini adalah hoaks dan prank. Karena saat ini, hoaks dan prank sangat banyak terjadi di ruang publik media sosial. Dalam Islam, hoaks atau menyebarkan berita bohong adalah perbuatan terlarang. Hoaks dalam ayat-ayat al-Qurâan digambarkan sebagai kebohongan yang besar kerena unsur-unsur kebohongan yang dikandungnya.
Allah SWT sangat mengecam orang-orang yang membuat dan menyebarkan hoaks. Allah SWT berfirman dalam surat an-Nuur/24: 15, âIngatlah di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal di sisi Allah adalah besarâ.
Ayat diatas merupakan gambaran yang mengisyaratkan adanya sikap seseorang yang meremehkan, ceroboh, dan tidak takut dosa karena menyebarkan maupun menerima berita bohong (hoaks). Padahal hoaks dapat menyentuh urusan yang paling penting dan paling berbahaya dalam kehidupan. Menerima berita bohong dari postingan-postingan di media sosial, tanpa renungan, pembuktian, penyelidikan dan berpikir sedikitpun dapat menyebabkan kebencian, permusuhan, bahkan perpecahan.
Oleh karena itu, umat Islam diperintahkan untuk meneliti kebenaran sebuah berita sebelum mempercainya apalagi ikut menyebarkannya. Umat Islam diperintahkan untuk ber-tabayyun, agar terhindar sekaligus meminimalisir massifnya peredaran berita hoaks di ruang publik media sosial. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Hujarat/49: 6, âHai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu ituâ.
Ayat di atas memerintahkan orang-orang beriman agar benar-benar meneliti berita yang belum jelas sumber dan kebenarannya, sehingga tidak ada korban dari berita bohong yang disebarkan di media sosial. Al-Qurâan telah mengajarkan kepada orang beriman agar terhindar dari berita hoaks dengan cara fatabayyanuu (memeriksa atau menganalisis) kebenaran beritanya itu, apakah berita itu benar atau hoaks. Karena jika tidak demikian, maka akan mengakibatkan malapetaka bagi masyarakat luas. Jika berita bohong (hoaks) sudah tersebar kemana-mana, opini masyarakat akan saling beradu tanpa kejelasan, tanpa kebenaran, maka yang akan terjadi adalah polemik yang massif, kebohongan dan kedustaan semakin sulit dibendung.
Oleh karena itu, melalui momentum tahun baru 1433 H ini, umat Islam harus hijrah meninggakan perbuatan terlarang yang saat ini marak terjadi di media sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari, yaitu hoaks. Umat Islam tidak boleh ikut terjebak membuat maupun menyebarkan konten hoaks. Umat Islam harus tampil sebagai teladan bagi masyarakat dalam menjunjung tinggi etika berkomunikasi di media sosial dengan menampilkan konten yang mendidik, menginspirasi, dan memotivasi. Semoga.