WHO Kecam Negara Pemakai Booster Vaksin Covid-19

Pemakaian booster dikecam karena jutaan orang di dunia masih belum divaksinasi.

AP/Binsar Bakkara
Pemakaian booster dikecam karena jutaan orang di dunia masih belum divaksinasi.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam negara-negara yang buru-buru memberikan suntikan booster atau dosis ketiga vaksin Covid-19. Padahal jutaan orang di seluruh dunia belum menerima satu pun dosis vaksin. 

Baca Juga


Para ahli WHO bersikeras tidak ada cukup bukti ilmiah bahwa booster diperlukan. WHO menganggap memberi booster tergolong tidak bermoral karena begitu banyak orang yang masih menunggu untuk divaksinasi.

"Seolah kami berencana untuk membagikan jaket pelampung tambahan kepada orang-orang yang sudah memiliki jaket pelampung, sementara kami membiarkan orang lain tenggelam tanpa satu jaket pelampung," kata Direktur Darurat WHO Mike Ryan kepada wartawan dilansir dari Philstar pada Kamis (19/8).

Awal bulan ini, WHO menyerukan moratorium suntikan vaksin Covid-19 untuk membantu meringankan ketidaksetaraan drastis dalam distribusi dosis antara negara kaya dan miskin. Namun seruan WHO tidak menghentikan sejumlah negara yang maju dengan rencana untuk menambah suntikan ketiga karena mereka berjuang untuk menggagalkan varian Delta. 

"Realitas mendasar dan etis adalah kami membagikan jaket pelampung kedua sambil meninggalkan jutaan dan jutaan orang tanpa apa pun untuk melindungi mereka," ujar Ryan.

Di sisi lain, otoritas Amerika memperingatkan bahwa kemanjuran vaksinasi Covid-19 menurun dari waktu ke waktu. Amerika lalu mengizinkan suntikan booster untuk semua orang Amerika mulai 20 September. 

Amerika telah mengizinkan dosis tambahan untuk orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Israel juga mulai memberikan dosis ketiga kepada warga Israel berusia 50 tahun ke atas. 

Tetapi para ahli WHO bersikeras bahwa ilmu pengetahuan masih belum berkembang. WHO menekankan memastikan orang-orang di negara-negara berpenghasilan rendah di mana vaksinasi tertinggal menerima suntikan jauh lebih penting. 

"Yang jelas adalah sangat penting untuk mendapatkan suntikan pertama ke dalam senjata dan melindungi yang paling rentan sebelum booster diluncurkan," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers Rabu (18/8).

Tedros menyuarakan kemarahan karena laporan bahwa vaksin J&J dosis tunggal yang saat ini sedang diupayakan di Afrika Selatan malah dikirim untuk digunakan di Eropa. Padahal hampir semua orang dewasa di Benua Biru telah ditawari vaksin pada saat ini.

"Kesenjangan antara si kaya dan si miskin hanya akan tumbuh lebih besar jika produsen dan pemimpin memprioritaskan suntikan booster daripada pasokan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," ucap Tedros.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler