Anggota Tim Robotik Perempuan Afghanistan Lari ke Qatar
Sejak Taliban menguasai Kabul, para anggota tim robotik perempuan lari ke Qatar
REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Tim robotik perempuan Afghanistan mengumumkan beberapa anggotanya sudah tiba di Qatar. Mereka bergabung dengan gelombang orang-orang yang melarikan diri dari Afghanistan setelah Taliban menguasai negara itu.
Beberapa anggota tim telah meninggalkan Kabul pada Selasa (17/8) lalu dengan penerbangan komersial ke Qatar. Sementara yang lainnya berencana bertahan di Afghanistan.
Dilansir Independent pada Jumat (20/8), pendiri tim yang merupakan pengusaha teknologi Roya Mahboob mengatakan mereka yang berada di Qatar akan melanjutkan pendidikan di sana. Sementara masa depan anggota tim yang bertahan di Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban masih belum jelas.
Tim robotik itu adalah tim robotik pertama yang semua anggotanya perempuan. Mereka telah memenangkan sejumlah kompetisi baik di Afghanistan maupun internasional.
Tim yang dikenal dengan julukan 'Afghan Dreamers' itu berusia 20 orang yang berusia antara 12 hingga 18 tahun. Mereka berasal dari ibu kota Provinsi Herat.
Di stasiun televisi CBC News, pengacara hak asasi manusia Kimberley Motley mengatakan para gadis muda itu 'sangat ketakutan' saat melihat Kabul jatuh ke tangan Taliban. Ketika gerakan itu berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001, mereka melarang anak perempuan sekolah dan mengekang kebebasan perempuan.
Di rezim sebelumnya Taliban melarang perempuan keluar rumah tanpa muhrimnya. Mereka juga membiarkan pernikahan dini dan mengambil perempuan sebagai budak seks. Walaupun kini Taliban berjanji akan memberikan kebebasan yang lebih banyak pada perempuan, tapi banyak warga Afghanistan yang skeptis.
"Taliban telah berjanji untuk membiarkan anak perempuan mendapatkan pendidikan sepanjang yang diizinkan hukum syariah," kata Mahboob pada the New York Times.
"Kami ingin menunggu dan melihat apa artinya itu. Jelas kami berharap perempuan muda dan dewasa diizinkan mengejar cita-cita mereka dan meraih kesempatan di bawah Taliban, karena itu yang terbaik bagi Afghanistan dan fakta di dunia," katanya.
Anggota tim robotik perempuan Afghanistan sudah meninggalkan Herat pekan lalu. Mereka kesulitan mendapatkan visa lalu mengalami kekacauan di bandara setelah meminta suaka ke Kanada. Kini beberapa anggota tim sudah tiba di Qatar.
Tim itu mendapat perhatian internasional pada 2017 ketika enam anggotanya dilarang terbang untuk mengikuti kompetisi di AS. Mereka akhirnya mendapat izin mengikuti kompetisi dengan intervensi Donald Trump yang menjabat presiden AS saat itu.