AS dan NATO Pakai Senjata Israel Saat Invasi di Afghanistan
Drone dan senjata buatan Israel digunakan untuk memburu Taliban di Afghanistan
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Senjata buatan Israel digunakan oleh pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO di Afghanistan. Menurut laporan Jerusalem Post, drone dan senjata buatan Israel digunakan untuk memburu Taliban dalam perang yang berlangsung selama dua dekade.
Produsen senjata Israel mengunci rapat informasi tentang penggunaan produk mereka di Afgnhanistan. Namun, rincian keberadaan senjata mereka di Afghanistan mulai muncul.
Dilansir Middle East Monitor, Rabu (25/8), sejumlah negara seperti Inggris, Jerman, Kanada, dan Australia, yang semuanya adalah anggota NATO telah menggunakan senjata Israel selama bertahun-tahun. Drone Israel adalah salah satu senjata yang paling populer.
Sejak 2005, Angkatan Darat Australia di Afghanistan juga telah menerbangkan kendaraan udara tak berawak (UAV) Skylark 1 yang diproduksi oleh perusahaan Israel, Elbit Systems. Namun pada Mei, pemerintah Canberra telah mengatakan kepada Elbit bahwa angkatan bersenjata Australia akan berhenti menggunakan Battle Management System (BMS).
Elbit sering menjadi sasaran protes oleh kelompok hak asasi manusia, karena perusahaan telah melanggar hukum internasional. Elbit Systems memproduksi teknologi pengawasan untuk Tembok Pemisahan ilegal di Tepi Barat yang diduduki.
Elbit Systems memproduksi mesin untuk 85 persen drone militer Israel. Pabrikan senjata Israel telah memasok 85 persen drone yang digunakan dalam perang di Gaza pada 2014, yang menewaskan lebih dari 2.200 warga Palestina.
Peran Elbit dalam pelanggaran hak asasi manusia dan dugaan kejahatan perang telah menodai citra perusahaan. Pada bulan Februari, Dana Pensiun East Sussex mengakhiri hubungan dengan Elbit Systems setelah ada lobi dari aktivis hak asasi manusia.
The Jerusalem Post juga melaporkan, pasukan Israel dikirim ke Afghanistan pada 2019 untuk mengumpulkan intelijen tentang gerakan militer Iran. Mereka dikirim ke perbatasan Afghanistan dengan Iran, dan mengumpulkan informasi intelijen tentang gerakan semacam itu di sekitar Teluk Persia.
Sputnik News melaporkan, pada saat itu, Israel beroperasi di bawah bendera Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab. Sputnik yang mengutip seorang ahli mengatakan, pasukan Israel beroperasi di bawah kerangka pasukan Amerika yang ditempatkan di Afghanistan. Pemerintah Afghanistan mengetahui, dan menyetujui operasi yang dilakukan Israel.