Orang Berilmu Tapi Fasik Lebih Awal Disiksa
Bersikaplah tawadhu dengan ilmu yang dimiliki.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika seseorang telah memperoleh ilmu, hendaklah mengamalkan ilmu tersebut. Bersikaplah tawadhu dengan ilmu yang dimiliki, serta mengupayakan untuk terus menambah kedekatan kepada Allah.
Jangan sampai setelah memperoleh ilmu, justru malah menyepelekan perbuatan dosa. Atau bahkan mencari-cari dalih sehingga suatu perbuatan yang melanggar syariat terlihat seperti tidak melanggar syariat.
Sebab orang-orang yang memiliki ilmu, namun fasik itu akan memperoleh siksaan di akhirat. Bahkan siksaan yang diterimanya itu didahulukan dibanding orang-orang jahiliyah penyembah berhala.
Sebagaimana dalam kitab at Targib wat Tarhib menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan Imam Thabrani:
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلزَّبَانِيَةُ أَسْرَعُ اِلَى فَسَقَةِ الْقُرَّاءِ مِنْهُمْ اِلَى عَبَدَ ةِ الْاَوْثَانِ. فَيَقُوْلُوْنَ يُبْدَأُبِنَاقَبْلَ عَبَدَةِ الْاَوْثَانِ؟ فَيُقَالُ لَهُمْ لَيْسَ مَنْ يَعْلَمُ كَمَنْ لَا يَعْلَمُ.
Nabi Muhammad bersabda: Para malaikat zabaniyah lebih mempercepat menyiksa para ulama yang fasik daripada menyiksa orang-orang musyrik penyembah berhala. Maka bertanya para ulama yang fasik itu: Mengapa kami yang didahulukan sebelum orang-orang penyembah berhala? Lalu dijawab pada ulama fasik itu; tidaklah orang-orang yang tahu itu seperti orang-orang yang tidak tahu.
Dapat dipahami baik orang-orang musyrik yang menyembah berhala maupun ulama yang fasik, maka keduanya mendapat siksaan di akhirat. Akan tetapi, siksaan Allah lebih dulu diberikan kepada ulama yang fasik dibanding para penyembah berhala.
Sebab para ulama itu adalah orang-orang yang berilmu, sudah mengetahui tentang mana yang diperintahkan dan dilarang oleh syariat. Namun, ilmu yang diperolehnya tidak diterapkan dalam kehidupannya.
Malah terus tergelincir dalam nafsunya sehingga melakukan dosa-dosa. Sebab itulah mereka lebih didahulukan siksanya.