Kisah Dua Putri Rasulullah yang Menikah dengan Suami Sama
Keduanya tampaknya telah ditakdirkan memiliki nasib sama hingga akhir hayat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah SAW dikaruniai tujuh orang anak dari perkawinannya dengan Khadijah. Menurut riwayat, ketujuh putra-putri Nabi SAW itu di antaranya al-Qasim, ath-Thayyib, ath-Thahir, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum (Umm Kalthum), dan Fatimah.
Namun, semua putranya meninggal dunia ketika dalam buaian. Sementara semua putrinya meninggal pada masa sesudah Islam dan sesudah masing-masing dinikahkan. Tiga di antara putri-putri Rasulullah meninggal ketika Nabi masih hidup. Fatimah meninggal sesudah Nabi SAW wafat.
Dari empat putri Nabi SAW, terdapat dua putrinya yang menikah dengan suami yang sama. Ruqayyah adalah putri Nabi SAW yang lahir setelah Zainab. Dia adalah sumber kebahagiaan bagi orang tuanya yang mulia.
Setelah Ruqayyah, Ummu Kalthum lahir dan keduanya tumbuh bersama seolah-olah mereka kembar. Kedekatan mereka satu sama lain semakin bertambah terutama sejak Zainab menikah dan pindah ke rumah pernikahannya.
Ruqayyah dan Umm Kalthum menjadi lebih dekat dan lebih terikat satu sama lain. Keduanya tampaknya telah ditakdirkan memiliki nasib sama dari awal hingga akhir kehidupan mereka.
Baca juga : Kematian Mendadak Akibat Wabah dan Tanda Kiamat
Dalam artikel di laman About Islam, disebutkan bagaimana buku-buku Sirah Nabawiyah mengungkapkan tentang kedekatan unik di antara kedua putri Rasulullah itu. Semua riwayat sejarah menyepakati fakta Ruqayya dan Umm Kalthum memiliki hampir semua kesamaan.
Sebelum Islam datang, Ruqayya dan Umm Kalthum sama-sama pernah menikah dengan putra Abu Lahab, Utaybah dan Utbah. Ruqayyah pernah diperistri oleh Utaybah (Atbah bin Abu Lahab), lalu kemudian diceraikan. Begitu pun Umm Kalthum juga diperistri oleh Utbah, lalu diceraikan.
Abu Lahab dan istrinya, Um Jamil, adalah musuh bebuyutan Islam. Orang-orang Quraisy meminta Abu Lahab mengirim putri-putri Nabi itu pulang. Saat Nabi SAW mendapat wahyu, baik Ruqayyah maupun Umm Kalthum masuk Islam. Sedangkan suami mereka tetap menganut agama lain.
Meskipun pernikahan itu tidak menjadi lengkap, kedua putri Nabi itu kembali ke rumah ayah mereka dengan perasaan yang sangat sedih. Mereka merasakan perubahan mendasar di rumah tersebut. Rumah mereka saat itu dikelilingi dengan kekejaman dari semua sudut.
Kedua wanita ini menanggung situasi dengan orang tua mereka. Namun, mereka tetap bersabar menghadapi keadaan sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Mereka menjalani kehidupan dengan keteguhan hati di jalan Allah, dan mereka tetap tabah dengan kesusahan hidup.
Baca juga : Psikolog: Sesekali Coba Jalan di Sekitar Rumah
Allah kemudian menggantikan kesusahan kedua gadis itu dengan suami yang shaleh. Nabi SAW menikahkan Ruqayyah dengan Utsman bin Affan, salah satu dari 10 sahabat yang dijanjikan surga.
Utsman adalah salah satu pemuda Quraisy yang paling dermawan dalam hal garis keturunan, prestise, dan kekayaan. Ketika penganiayaan Quraisy terhadap Muslim semakin intensif, Nabi SAW mengizinkan para sahabatnya bermigrasi (hijrah) ke Abyssinia.
Utsman hijrah bersama istrinya Ruqayyah. Meskipun Muslimin yang hijrah itu memiliki kedamaian dan keamanan di Abyssinia, namun mereka merindukan tanah air mereka di Makkah.
Ketika mereka mendengar Hamzah dan Umar telah memeluk Islam, beberapa dari mereka bergegas kembali ke Makkah. Akan tetapi mereka tercengang dengan meningkatnya penganiayaan kejam kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin.
Yang paling menyedihkan dari mereka yang kembali adalah Ruqayya karena ibunya telah meninggal tanpa kehadirannya. Utsman dan Ruqayyah tidak tinggal lama di Makkah. Dua tahun sebelum hijrah ke Madinah, Ruqayya melahirkan anak tunggalnya, Abdullah.
Abdullah merasakan kebahagiaan dan suka cita dalam kehidupannya bersama orang tuanya. Akan tetapi, orang mukmin selalu mendapat ujian dari Allah.
Suatu hari, ketika Abdullah sedang tidur, seekor ayam jantan mematuk matanya. Peristiwa itu menyebabkan infeksi yang kemudian merenggut nyawanya dalam beberapa hari.
Setelah itu, Ruqayyah juga tertimpa musibah, ia demam. Setelah berjuang antara hidup dan mati, Ruqayyah kemudian menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun kedua hijriyah.
Baca juga : Rusunawa untuk Penyandang Disabilitas akan Dibangun di Solo
Pada saat yang sama ketika Utsman yang berduka mencium dahi dan ujung jari istrinya dan menutupi wajahnya, Nabi SAW melakukan sholat jenazah pada putrinya dan mengikuti jenazahnya ke Baqi’ sampai dia dimakamkan. Setelah Ruqayyah wafat, Umm Kalthum lalu diperistri oleh Utsman bin Affan.
Umm Kalthum meninggal dunia di Madinah pada tahun kesembilan Hijriyah. Saat ia wafat, Rasulullah SAW masih hidup dan disebutkan mensholati dan duduk di atas pemakamannya dengan air mata berlinang.