Uni Eropa Hapus Israel dari Daftar Negara Aman Covid-19
Israel mencatat kenaikan infeksi Covid-19
REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa (UE) menghapus Israel dari daftar negara aman Covid-19. Dewan UE meminta negara-negara anggotanya untuk mengatur kembali pembatasan perjalanan pada turis yang datang dari Israel. Hal itu menyusul laporan terbaru tingkat infeksi virus corona atau Covid-19 yang tinggi di Israel.
"Perjalanan tidak penting ke UE dari negara atau entitas yang tidak terdaftar harus tunduk pada pembatasan perjalanan sementara," kata dewan UE dalam sebuah pernyataan yang dikutip laman Middle East Monitor, Rabu (1/9).
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa rekomendasi izin perjalanan dimungkinkan tidak mempengaruhi warga Israel yang telah menerima vaksinasi dua dosis. "Ini tanpa mengurangi kemungkinan bagi negara-negara anggota untuk mencabut pembatasan sementara pada perjalanan yang tidak penting ke UE untuk pelancong yang divaksinasi penuh," kata UE.
Negara-negara UE belum mengikuti kebijakan untuk pariwisata sejak merebaknya pandemi. Pemerintah UE memiliki wewenang untuk memutuskan apakah akan membiarkan perbatasan mereka terbuka untuk turis Israel atau tidak.
Keputusan UE penghapusan daftar perjalanan aman Covid-19 juga dilaporkan mencakup Amerika Serikat (AS), Kosovo, Lebanon, Montenegro, dan Makedonia Utara. Dewan UE memperbarui daftar perjalanan aman berdasarkan kriteria yang terkait dengan tingkat infeksi virus corona di masing-masing negara di dunia. Kriteria untuk dimasukkan dalam daftar UE adalah bahwa negara tersebut tidak menyaksikan lebih dari 75 kasus infeksi baru per 100 ribu penduduk selama 14 hari terakhir. Daftar ini ditinjau setiap dua pekan.
Sementara itu, Siprus dan Yunani sebelumnya mengatakan, akan mengizinkan warga Israel yang telah vaksin dua dosis bisa memasuki wilayah mereka. Pada Selasa (31/8) waktu setempat, laman The Guardian mencatat, bahwa Israel mencatat rekor harian tertinggi dari kasus Covid-19 dengan 10.947 kasus Covid-19 dikonfirmasi. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyatakan bahwa lonjakan dapat dikendalikan melalui inokulasi dan tindakan perlindungan seperti kewajiban mengenakan masker di ruang publik.
Pemerintah Israel telah mendorong semua penduduk berusia 12 tahun ke atas untuk mendapatkan suntikan ketiga vaksin Pfizer/BioNTech. Sekitar 60 persen dari 9,3 juta penduduk Israel telah menerima dua dosis vaksin, termasuk 80 persen orang dewasa.