Berapa Lama Antibodi Vaksin Bertahan di Tubuh?
Usai vaksinasi, sistem kekebalan berkeliling mencari sel yang terinfeksi SARS-CoV-2.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di seluruh dunia, ada tanda-tanda bahwa kekebalan terhadap virus corona tidak bertahan lama meski sudah divaksinasi. Israel sekarang mengalami salah satu lonjakan Covid-19 terburuk di dunia, sekitar lima bulan setelah memvaksinasi mayoritas penduduknya.
Di Amerika Serikat (AS), pejabat kesehatan merekomendasikan suntikan booster setelah delapan bulan. Jadi, berapa lama kekebalan bertahan setelah dua dosis vaksin? Enam bulan atau lebih? Dan pada saat itu, berapa banyak perlindungan yang tersisa?
"Itu semua tergantung pada jenis kekebalan jenis vaksinnya," kata ahli imunologi di Universitas Washington di St Louis, Ali Ellebedy, dilansir di laman NPR, Kamis (2/9).
Enam bulan setelah vaksinasi, tubuh mungkin lebih siap untuk melawan virus corona. "Jika sudah divaksinasi enam bulan lalu, sistem kekebalan tubuh telah dilatih selama enam bulan, tubuh lebih siap untuk melawan infeksi Covid-19," kata Ellebedy.
Serangkaian penelitian baru, termasuk dua yang dipimpin oleh Ellebedy, menunjukkan bahwa vaksin mRNA seperti dari Pfizer-BioNTech dan Moderna memicu sistem kekebalan untuk membangun perlindungan jangka panjang terhadap Covid-19 yang parah.
Baca juga : Miqat Makani Mana yang Paling Jauh dari Makkah?
"Perlindungan dua vaksin ini kemungkinan akan bertahan beberapa tahun atau bahkan lebih lama," kata Ellebedy.
Misalnya seseorang sudah menerima vaksin Moderna atau Pfizer kedua enam bulan lalu. Segera, sistem kekebalan tubuh mulai bekerja dan mulai membuat antibodi.
Antibodi ini agak mirip pemanah di luar parit kastil. Mereka terpasang di lapisan hidung dan tenggorokan, siap untuk menembak jatuh (alias menetralisasi) partikel SARS-CoV-2 yang mencoba memasuki parit (alias jaringan hidung).
Ahli bioimunologi di University of Arizona, Deepta Bhattacharya, mengatakan antibodi ini bisa mencegah infeksi. "Mereka menghentikan virus, memasuki sel, dan mendirikan perlindungan. Mereka adalah pertahanan garis depan tubuh," kata dia.
Namun, kata Bhattacharya, segera setelah vaksinasi, putaran awal antibodi ini memiliki beberapa masalah. Antibodinya agak lemah. "Mereka tidak terlatih dengan baik untuk membunuh SARS-CoV-2, dan mereka tidak terlalu tahan lama," ujarnya.
Sekitar sebulan setelah suntikan mRNA kedua, jumlah antibodi dalam darah mencapai tingkat puncaknya dan kemudian mulai menurun. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature melaporkan pada Juni lalu, menyebut antibodi itu terdegradasi dan sel-sel membuatnya mati.
Ini terjadi pada setiap vaksin, baik itu untuk Covid-19, flu, atau campak. "Dalam setiap respons imun, ada peningkatan tajam dalam antibodi, periode penurunan tajam, dan kemudian mulai menetap ke titik nadir yang lebih stabil," ujar Bhattacharya.
Sebagian besar media berfokus pada penurunan antibodi ini sebagai penyebab kekebalan yang memudar. Penurunan antibodi ini dikombinasikan dengan potensi tingginya varian Delta yang mulai mendominasi banyak negara tahun ini, kemungkinan meningkatkan tingkat infeksinya pada orang yang divaksinasi lengkap.
Dia menyebut jika terinfeksi Delta jumlah besar, virus bisa menyelinap melewati dinding antibodi awal. Anda mungkin melihat beberapa tanda itu, tetapi tingkat infeksi mungkin tidak sedramatis yang diperkirakan.
Baca juga : Merck Mulai Uji Coba Tahap Akhir Obat Pencegah Covid-19
Mengapa? Alasannya, karena sebagian besar media mengabaikan beberapa fakta penting tentang antibodi yang ada delapan bulan setelah vaksinasi. "Antibodi itu lebih kuat, dipicu oleh vaksin," kata Bhattacharya.
Saat dosis pertama vaksin menjaga saluran pernapasan, sistem kekebalan tidak hanya duduk diam. Sebaliknya, sistem kekebalan sibuk melatih vaksin agar lebih baik.
Setelah dosis kedua vaksin, sistem kekebalan mendirikan pusat kekebalan di kelenjar getah bening untuk mengajarkan sel-sel khusus bagaimana membuat antibodi yang lebih kuat. Kualitas antibodi meningkat dari waktu ke waktu.
Dibutuhkan jauh lebih sedikit antibodi baru untuk melindungi tubuh. "Jadi menurut saya, mengkhawatirkan penurunan antibodi bukanlah sesuatu yang produktif," ujarnya.
Pada saat yang sama, sel-sel yang membuat antibodi yang disuplai ini akan menjadi tersuplai sendiri. Di pusat kekebalan, mereka belajar bagaimana membuat sejumlah besar antibodi yang sangat kuat.
Bhattacharya mengatakan, sel-sel ini luar biasa. Mereka diperkirakan mengeluarkan sekitar 10 ribu molekul antibodi per detik.
"Jadi tubuh tidak memerlukan banyak sel untuk melindungi diri dari infeksi di masa depan," kata Bhattacharya.
Selain itu, sel-sel ini mempelajari sesuatu yang luar biasa di pusat kekebalan yaitu bagaimana cara bertahan. "Mereka pada dasarnya diberi karunia keabadian," kata ahli imunologi, Ellebedy.
Dia dan rekan-rekannya telah menemukan sekitar enam bulan setelah vaksinasi, sel-sel penghasil antibodi ini masuk ke sumsum tulang, di mana mereka bisa hidup selama beberapa dekade, bahkan mungkin seumur hidup. Penelitian juga menunjukkan itu akan terus memproduksi antibodi sepanjang waktu.
Selain melatih antibodi yang lebih baik dan pabrik untuk membuat sel plasma, sistem kekebalan juga berkeliling ke seluruh tubuh. Sistem kekebalan yang berkeliling itu disebut sel B memori dan sel T memori, dan mereka sebagian besar berfungsi sebagai sistem pengawasan, mencari sel lain yang terinfeksi SARS-CoV-2.
Baca juga : Turunkan Harga, Ini Tarif Tes Antigen di Indonesia
"Mereka berpatroli di mana-mana, memeriksa apakah sel lain terinfeksi SARS-CoV-2 yang bersembunyi di dalamnya. Ini hampir seperti melewati sebuah lingkungan, melihat rumah demi rumah, dan memastikan itu semua bersih," kata Ellebedy.
“Mereka ini tidak bisa mencegah infeksi dari awalnya terjadi, tetapi mereka bisa dengan cepat menghentikannya begitu terjadi,” kata ahli imunologi di University of Toronto, Jennifer Gommerman.
Sekarang, Anda memiliki semua informasi untuk memahami apa yang terjadi dengan vaksin Covid-19 dan daya tahan kekebalan. Sekitar enam bulan setelah vaksinasi, antibodi dalam darah telah turun.
Mereka juga sedikit kurang efektif terhadap varian Delta. Namun pada orang yang sudah divaksinasi, infeksi ini kemungkinan besar akan ringan atau sedang karena sistem kekebalan tidak dimulai dari awal melainkan telah melatih sel dan antibodi selama berbulan-bulan.