Presiden Brasil Kumpulkan Pendukung di Tengah Krisis Politik

Presiden Brasil terlibat perselisihan dengan Mahkamah Agung

AP/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro berbicara kepada para pendukungnya di luar istana kepresidenan Planalto di Brasilia, Brasil, Senin, 6 September 2021.
Rep: Puti Almas Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA — Presiden Brasil Jair Bolsonaro mendapat sambutan meriah dari puluhan ribu orang di Ibu Kota Brasilia pada Selasa (7/9), yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan. Ia memberikan pidato untuk para pendukungnya, mengecam pengadilan tinggi, sebagai bentuk perselisihan dengan Mahkamah Agung negara itu. 

Baca Juga


Di hadapan para pendukungnya, Bolsonaro menunjukkan kekuatannya yang dinilai masih cemerlang di Brasil. Ia mengatakan bahwa negara tidak dapat lagi menerima tindakan pemenjaraan politik, sebuah referensi untuk penangkapan yang diperintahkan oleh Hakim Alexandre de Moraes. 

Menurut Bolsonaro, hal itu bisa membuat pengadilan menderita, seperti yang tidak diinginkan. Orang-orang yang hadir kemudian ikut menerakkan ‘Alexandre out’ atau keluar. Beberapa pendukung bahkan terlihat membawa spanduk yang menyerukan intervensi militer agar dapat mengamankan kekuasaan sang presiden. 

 

Bolsonaro telah meminta Senat untuk memakzulkan de Moraes, yang telah memenjarakan beberapa pendukung presiden karena diduga mendanai, mengorganisir atau menghasut kekerasan atau menyebarkan informasi palsu. Di Sao Paulo, di mana ia dijadwalkan untuk berpidato di hari yang sama pada sore hari waktu setempat, para pendukung berdesakan di pusat kota Avenue Paulista yang nampaknya jauh lebih besar daripada yang ada di Brasilia.

 

Sementara di Rio de Janeiro, para pendukung Bolsonaro berkumpul di jalan di sepanjang Pantai Copacabana. Ketiga kota juga menampilkan protes yang lebih kecil terhadap presiden.

 

Bolsonaro menghabiskan hampir dua bulan menyerukan kepada para pendukung untuk mengambil bagian dalam demonstrasi di seluruh negeri pada Hari Kemerdekaan yang dapat menunjukkan daya tarik politiknya berkelanjutan, meskipun peringkat jajak pendapat terhadapnya telah merosot. Kritikus khawatir bahwa berkumpulnya para pendukung ini kemudian bisa berubah menjadi kekerasan. 

 

Beberapa mengatakan khawatir Bolsonaro dapat mempersiapkan versi lain dari insiden kerusuhan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) pada 6 Januari lalu, tepatnya di Ibu Kota Washington, di mana para pendukung mantan presiden Donald Trump menyerbu gedung Capitol. Saat itu, mereka menuduh bahwa Trump telah dicurangi dalam pemilihan untuk masa jabatan keduanya tersebut. 

 

Seperti Trump, Bolsonaro terpilih dengan janji untuk mengejar kelas politik yang korup dan mengakar. Dia juga mengatakan dia mungkin menolak hasil pemilu Brasil pada 2022 mendatang, jika ia kalah. Di sepanjang esplanade Brasilia, ada suasana meriah, dengan minuman dingin dan aroma daging panggang.

Setidaknya 100 polisi militer dengan perisai anti huru hara berdiri di depan Gadung Kongres dan puluhan membentuk dua garis di belakang barikade di jalan menuju Mahkamah Agung. Setidaknya dua kali, kelompok demonstran mencoba melewati penghalang, tetapi petugas memukul mundur mereka dengan semprotan merica.

 

Popularitas dan dukungan terhadap Bolsonaro telah merosot dengan Brasil yang mencatat kematian akibat  infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) tertinggi kedua di dunia, tuduhan kesalahan dalam penanganan pandemi oleh pemerintah, dan lonjakan inflasi. Jajak pendapat menunjukkan bahwa mantan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva bisa mengalahkannya, jika ia mengikuti pemilihan.

“Berkumpulnya para pendukung Bolsonaro  mungkin menunjukkan bahwa ia memiliki jutaan orang yang siap untuk berdiri bersamanya, bahkan ketika ekonomi Brasil berada dalam situasi yang buruk, inflasi mendekati 10 persen, pandemi dan semua itu," ujar Thomas Traumann, seorang analis politik, dilansir Voice of America, Rabu (8/9). 

 

Bahkan, Traumann mengatakan jika Bolsonaro merasa mendapat dukungan dari jutaan orang Brasil, ia akan melangkah lebih jauh dalam tantangannya ke Mahkamah Agung. Permasalahan Bolsonaro dengan Mahkamah Agung telah menimbulkan ketakutan di antara para pengkritiknya, mengingat nostalgia yang sering diungkapkannya terhadap kediktatoran militer Brasil di masa lalu.

 

Bolsonaro juga sempat menandatangani tindakan sementara yang membatasi secara tajam kemampuan platform media sosial untuk menghapus konten, membatasi penyebarannya, atau memblokir akun. Seorang petani dari negara bagian Minas Gerais, Clever Greco, datang ke Brasilia bersama lebih dari 1.000 orang lainnya.

Greco mengatakan kaum konservatif Brasil mendukung seruan Bolsonaro untuk mencopot dua hakim agung dengan cara damai. Namun, ia juga menyamakan perjalanannya seperti perang.

 

"Saya tidak tahu hari apa saya akan kembali. Saya siap untuk memberikan darah saya, jika diperlukan," kata Greco.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler