FDA Dukung Booster Vaksin Covid-19 Secara Terbatas
Keputusan FDA tak sejalan dengan harapan Biden untuk berikan booster bagi semua.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Amerika Serikat (AS) bergerak selangkah lebih dekat untuk memberikan dosis booster vaksin Covid-19 Pfizer kepada warga lanjut usia (lansia) dan orang lain yang berisiko tinggi atau memiliki komorbid. Food and Drug Administration (FDA) telah menandatangani penggunaan dosis penguat bagi kelompok target.
Dilansir AP pada Kamis (23/9), FDA mengizinkan dosis booster untuk orang Amerika yang berusia 65 tahun ke atas, orang dewasa yang lebih muda yang memiliki penyakit kronis. Warga yang memiliki pekerjaan yang menempatkan mereka pada risiko tinggi tertular Covid-19 juga akan mendapat booster.
Keputusan itu sebenarnya meleset dari rencana Presiden AS Joe Biden untuk memberikan dosis ketiga kepada hampir semua orang dewasa guna menopang perlindungan di tengah penyebaran varian delta yang sangat menular. Namun, lebih banyak rintangan peraturan terbentang di depan sebelum pemberian booster dapat dimulai.
Di sisi lain, Penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) membuka pertemuan dua hari sejak Rabu. CDC mencoba membuat rekomendasi mereka sendiri yang lebih spesifik tentang siapa yang harus mendapatkan suntikan tambahan dan kapan.
Tercatat, di hari pertama diskusi CDC, beberapa ahli begitu bingung dengan pertanyaan seputar alasan untuk booster. Mereka pun menyarankan untuk menunda keputusan selama sebulan dengan harapan akan tersedia lebih banyak bukti ilmiahnya.
Sementara itu, penasihat senior Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Diah Saminarsih mengatakan, hingga kini pihaknya belum merekomendasikan pemberian dosis penguat vaksin Covid-19. Menurutnya, seberapa pun sedikitnya booster yang sudah diberikan, ini menentang prinsip equity alias kesetaraan akses dalam program vaksinasi.
"Kalau bicara soal kesetaraan akses vaksinasi, itu artinya memberikan keutamaan kepada mereka yang paling membutuhkan terlebih dahulu. Kalau kita lihat sekarang, lansia dan tenaga kesehatan saja belum merata vaksinasinya," kata Diah dalam diskusi daring, Rabu (22/9).