Ahli: Belum Ada Argumen Kuat Soal Manfaat Dosis Booster

Pemberian dosis booster dianggap menghamburkan sumber daya.

EPA-EFE/DANIEL DAL ZENNARO
Vaksin Covid-19 Pfizer. Pemberian dosis penguat (booster) vaksin Covid-19 dinilai dilakukan tanpa argumentasi ilmiah yang kuat.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian delta dari virus penyebab Covid-19 dapat menginfeksi orang yang sudah divaksinasi. Sementara itu, temuan penelitian terbaru mengungkap bahwa perlindungan yang diberikan oleh vaksin merosot seiring waktu.

Hal tersebut memunculkan gagasan diperlukannya dosis booster (penguat). Akan tetapi, rupanya sejumlah ahli belum merekomendasikan dosis tambahan vaksin Covid-19.

Baca Juga



Dalam artikel di Nature, Dr. Laith Jamal Abu-Raddad, ahli epidemiologi penyakit menular di Weill Cornell Medicine Qatar di Doha berpendapat bahwa manfaat dari dosis booster bagi mereka yang sudah divaksinasi penuh terhadap Covid-19 adalah minimal. Ia mengklaim pemberian dosis penguat sama saja menghamburkan sumber daya.

"Seolah kita terlihat perlu memikirkan menawarkan dosis booster. Tapi sungguh, sampai sekarang kita belum memiliki argumen yang kuat untuk itu," katanya, dilansir Medical News Today, Senin (20/9).

Para pengembang vaksin Covid-19 yang diotorisasi secara luas juga terus mempertahankan pendapat bahwa vaksin mereka mampu memberikan perlindungan yang memadai terhadap perkembangan penyakit parah. Sebelumnya, juru bicara Pfizer menekankan bahwa mereka tetap yakin dengan perlindungan yang ditawarkan oleh dua dosis vaksinnya terus menunjukkan kemanjuran tinggi dalam mencegah penyakit parah dan rawat inap.

Pfizer juga mengingatkan pentingnya upaya untuk terus mengambil langkah paralel dan mengikuti sains, seperti yang telah dilakukan sejak awal pandemi. Dengan mengambil langkah-langkah secara paralel dan tetap waspada, mereka yakin dapat tetap selangkah lebih maju dari virus ini.

Dalam komentar yang diberikan kepada Nature, Prof. Robert Aldridge, seorang ahli epidemiologi penyakit menular dari University College London di Inggris, menawarkan beberapa pemikiran peringatan. Dia mengatakan bahwa pemberian dosis penguat merupakan keputusan yang sulit mengingat para peneliti masih terus mempertimbangkan manfaat nyata dari dosis booster."Hampir pasti itu harus dibuat berdasarkan bukti yang tidak lengkap," ujar Prof. Aldrige.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler