Ilmuwan Gunakan AI untuk Pengobatan Kanker Otak Anak
Kecerdasan Buatan (AI) menjadi jenis pengobatan baru bagi kanker otak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan berhasil menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan rezim obat baru untuk anak-anak penderita kanker otak. Terobosan tersebut terungkap dalam jurnal Cancer Discovery yang menyebutkan bahwa AI dapat dimanfaatkan untuk menemukan dan mengembangkan pengobatan baru untuk semua jenis kanker.
"Penggunaan AI menjanjikan efek transformatif pada penemuan obat," kata Kepala Eksekutif The Institute of Cancer Research (ICR) Kristian Helin di London, Inggris, tempat ilmuwan membuat penemuan itu, seperti dikutip dari laman The Guardian, Jumat (24/9).
Ia menambahkan, dalam penelitian ini, penggunaan AI telah mengidentifikasi kombinasi obat yang tampaknya menjanjikan sebagai pengobatan masa depan pada beberapa anak dengan kanker otak. Rata-rata, anak tersebut tidak dapat disembuhkan.
"Ini bisa menjadi salah satu contoh pertama perawatan dengan AI yang bermanfaat bagi pasien," ujarnya.
Ilmuwan komputer dan spesialis kanker di ICR dan Royal Marsden NHS Foundation Trust menggunakan AI untuk mengetahui bahwa menggabungkan obat everolimus dengan yang lain disebut vandetanib dapat mengobati difusi intrinsic pontine glioma (DIPG), yakni jenis tumor otak yang langka dan tumbuh cepat pada anak-anak.
Saat ini, DIPG dan jenis tumor serupa lainnya sangat sulit untuk diangkat melalui pembedahan anak-anak karena mereka menyebar, yang berarti mereka tidak memiliki batas yang jelas yang cocok untuk operasi.
Tetapi setelah mengolah data obat-obatan yang ada, tim menemukan everolimus dapat meningkatkan kapasitas vandetanib untuk menyelinap melalui penghalang darah-otak dan mengobati kanker. Kombinasi tersebut telah terbukti pada tikus dan sekarang telah diuji pada anak-anak.
Para ahli berharap untuk mengujinya kepada kelompok anak-anak yang jauh lebih besar dalam uji klinis utama. Penelitian menemukan bahwa menggabungkan dua obat memperpanjang kelangsungan hidup sebesar 14 persen dibandingkan dengan mereka yang menerima pengobatan kontrol standar. Kedua obat dalam penelitian didanai oleh Brain Research UK, DIPG Collaborative, Children dengan Camcer UK, dan Royal Marsden Cancer Charity, antara lain telah disetujui untuk mengobati jenis kanker lainnya.
"DIPG adalah kanker otak anak yang langka dan agresif, dan tingkat kelangsungan hidup tidak berubah selama 50 tahun terakhir sehingga kami sangat perlu menemukan pengobatan baru untuk penyakit ini," kata profesor biologi tumor otak pediatric di ICR, Chris Jones.
Ia menambahkan, studi yang dilakukan pihaknya menunjukkan AI dalam jumlah banyak dapat membawa penemuan obat untuk kanker seperti DIPG. Studi juga mengusulkan kombinasi pengobatan baru yang belum jelas.
"Sistem AI menyarankan penggunaan kombinasi dua obat yang ada untuk mengobati beberapa anak dengan DIPG, satu untuk menargetkan mutasi ACVR1 dan yang lainnya untuk menyelinap melewati darah sekitar otak. Perawatan memperpanjang kelangsungan hidup, dan kami telah mulai mengujinya pada sejumlah anak-anak," ujarnya.
"Kami masih membutuhkan uji klinis skala penuh untuk menilai apakah pengobatan dapat bermanfaat bagi anak-anak, tetapi kami telah pindah ke tahap yang jauh lebih cepat daripada yang mungkin terjadi tanpa bantuan AI," lanjutnya.
Konsultan neuro-onkologi pediatric dan remaja di Royal Marsden NHS Foundation Trust dan pemimpin tim neuro-onkologi dan pengembangan obat pediatric dan remaja di ICR, Fernando Carceller, menambahkan, terobosan itu mendorong dan menyoroti kemungkinan memanfaatkan kecerdasan buata' untuk menemukan obat untuk kanker. Ide awal untuk penelitian ini berasal dari BenevolentAI, yakni sebuah perusahaan yang telah membangun platform penemuan obat AI.