Analis: Peresepan Ivermectin Melonjak di Tengah Pandemi

Melonjaknya peresepan Ivermectin merupakan penyimpangan perawatan berbasis bukti.

AP/Denis Farrell
Foto dokumentasi kemasan dan botol ivermectin hewan yang dijual di Johannesburg, Afrika Selatan. Pakar kesehatan dan kelompok medis mendorong penghentian penggunaan obat parasit berusia puluhan tahun itu untuk mengobati Covid-19 di tengah meningkatnya konsumsi. Ada efek samping yang berbahaya dan hanya ada sedikit bukti yang mendukung penggunaannya untuk Covid-19.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jumlah rata-rata resep bulanan obat cacing dan antiparasit Ivermectin melonjak di tengah pandemi Covid-19. Klaim itu berasal dari hasil analisis yang menunjukkan peningkatan tajam dalam penggunaan Ivermectin secara off-label, yaitu pemanfaatan obat untuk peruntukan di luar persetujuan lembaga pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA).

Ivermectin belum diizinkan dan disetujui oleh FDA untuk mencegah atau mengobati Covid-19. Namun, penyalahgunaan Ivermectin dan overdosis meningkat di tengah pandemi.

Baca Juga


Fakta itu terkuak dari banyaknya telepon masuk ke pusat kendali racun atau toksisitas akibat keracunan Ivermectin. Belum lama ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah mengingatkan kembali bahaya penggunaan Ivermectin di luar peruntukan resminya.

Dalam laporan terbarunya, Komodo Health menganalisis peresepan Ivermectin tingkat negara bagian selama Januari 2019 hingga Mei 2021. Menurut perusahaan yang memetakan perawatan kesehatan berdasarkan real world data itu, angka peresepan Ivermectin mengalami lonjakan 72 persen dibandingkan sebelum pra pandemi dengan jumlah rata-rata resep bulanan dari 39.864 menjadi 68.428.

Komodo Health juga melihat adanya peningkatan bulanan 34 persen di penyedia yang meresepkan obat, yakni dari 15.835 menjadi 21.233. Negara bagian yang memperlihatkan peningkatan peresepan Ivermectin terbesar adalah Idaho, New Mexico, dan Wyoming, masing-masing naik 258 persen, 216 persen, dan 204 persen.

Negara bagian dengan peningkatan terbesar penyedia yang meresepkan obat adalah New Mexico, South Dakota, dan Alaska, yaitu 172 persen, 118 persen, dan 117 persen. Menurut Komodo Health, peresepan Ivermectin di luar persetujuan FDA meningkat dari dokter spesialis anestesi, dokter umum, rehabilitasi medis, dan paru.

Ivermectin dapat digunakan manusia antara lain untuk mengobati kecacingan, kutu kepala, dan rosacea. Laporan tersebut menemukan adanya penurunan 14 persen dalam diagnosis untuk kondisi penggunaan obat yang disetujui.

Between 2019-2021, the 5 specialties w/ the largest increase of #ivermectin Rx were:
Anesthesiology: ⬆️ 1,319%
Physical medicine & rehabilitation: ⬆️ 1,301%
Pulmonary disease: ⬆️ 1,167%
Alternative care: ⬆️ 879%
Cardiology: ⬆️ 741%

Explore more: https://t.co/M6yOKdY0sY pic.twitter.com/vwu0fw2kKN

Penulis juga menuliskan penurunan resep Ivermectin yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan layanan kesehatan yang lebih sedikit secara umum pada 2020. Tetapi, ini bisa juga menunjukkan penggunaan di luar label di tengah pandemi.

"Ini menunjukkan tren penyimpangan dari perawatan berbasis bukti (evidence-based care). Penyedia menulis resep yang bertentangan dengan pedoman CDC, FDA, dan lembaga kesehatan lainnya selama krisis kesehatan masyarakat dapat menunjukkan masyarakat menunjukkan masalah sistemik yang membutuhkan riset lebih lanjut," tulis penulis analis Komodo Health, seperti dikutip dari laman Fox News, Kamis (30/9).

Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan karena tidak memperhitungkan pasien yang tidak diasuransikan dan melewatkan resep total. Artinya, resep Ivermectin dibayar sendiri.

Analisis juga berpusat pada Ivermectin yang bersumber dari penyedia, bukan Ivermectin yang dijual bebas yang ditujukan untuk hewan atau Ivermectin yang diresepkan oleh dokter hewan. CDC mengatakan formula tersebut terkonsentrasi tinggi dan bisa menyebabkan overdosis pada manusia.

"Orang-orang yang menggunakan Ivermectin dosis tinggi di atas dosis rekomendasi FDA dapat mengalami efek toksik," ungkap CDC.

Salah satu efek yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah. Ada pula efek yang bersifat lebih neurologis, seperti halusinasi, kejang, koma, dan kematian.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler