'Dokter tak Boleh Dipaksa Beri Ivermectin Buat Pasien Covid'

Hakim di Ohio memutuskan dokter tak boleh dipaksa beri ivermectin untuk pasien Covid.

EPA
Perawatan pasien Covid-19 di ICU Sharp Chula Vista Medical Center, California, Amerika Serikat. Hakim di Ohio menolak permintaan warga untuk memaksa dokter memberikan ivermectin pada pasien Covid-19.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, OHIO -- Seorang hakim memutuskan bahwa sebuah rumah sakit di Ohio, Amerika Serikat tidak bisa dipaksa untuk memberikan ivermectin pada pasien Covid-19. Keputusan itu sekaligus menganulir keputusan sebelumnya yang memerintahkan dokter agar memberikan obat yang belum disetujui untuk pengobatan Covid-19 itu.

Sebelumnya, dalam keputusan setebal 11 halaman, Hakim Permohonan Umum Hamilton County, Michael Oster, Jr menulis, "tidak ada keraguan bahwa komunitas medis dan ilmiah tidak mendukung penggunaan ivermectin sebagai pengobatan untuk Covid-19". Oster memaparkan bahwa berdasarkan bukti saat ini, obat tersebut bukanlah pengobatan yang efektif untuk Covid- 19.

Oster mengutip nasihat dari Food and Drugs Administration, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan asosiasi medis yang telah memperingatkan agar tidak menggunakan ivermectin untuk Covid-19. Oster juga menyebutkan bahwa penelitian penggunaan ivermectin untuk mengobati Covid-19 bermasalah, termasuk penarikan publikasi studi yang belum ditinjau sejawat dari situs web pracetak Research Square.

Putusan itu menindaklanjuti gugatan Julie Smith, istri dari pasien Jeffrey Smith. Julie menggugat rumah sakit agar dokter mau memberikan ivermectin pada suaminya yang sedang dirawat.

"Walaupun pengadilan ini bersimpati kepada penggugat dan memahami gagasan ingin melakukan apa saja untuk membantu orang yang dicintainya, namun kebijakan publik tidak boleh dan tidak mendukung mengizinkan dokter untuk mencoba-coba 'jenis' perawatan apa pun pada manusia," tulis Oster.

Jeffrey Smith (51 tahun) positif Covid-19 pada 9 Juli dan dirawat di Rumah Sakit West Chester hampir sepekan. Dia diintubasi pada 1 Agustus dan pada 19 Agustus peluangnya untuk bertahan hidup turun di bawah 30 persen.

Julie kemudian meminta rumah sakit untuk memberikan ivermectin, tetapi dokter menolak. Obat itu telah diresepkan oleh Dr Fred Wagshul, seorang ahli paru yang tidak terafiliasi dengan West Chester.

Baca Juga


Wagshul menganjurkan penggunaan ivermectin untuk pasien Covid-19. Ia pernah mengatakan kepada Ohio Capital Journal bahwa tidak menggunakannya sama saja seperti ‘genosida’.

Seorang hakim yang berbeda mengeluarkan perintah sementara tertanggal 23 Agustus. Ia memerintahkan dokter untuk mulai memberikan ivermectin selama dua pekan.

Dalam sebuah pernyataan, pengacara Jeffrey Smith, Jonathan Davidson, mengatakan dia kecewa dengan keputusan Oster. Meski begitu, menurutnya, Jeffrey kemungkinan telah menerima dosis terakhirnya di rumah sakit UC West Chester.

"Kami hanya bisa berharap kondisinya terus menunjukkan tren positif,” kata Davidson, seraya menambahkan bahwa kondisi kliennya telah stabil dan membaik.

UC Health, yang mengoperasikan Rumah Sakit West Chester, tidak segera menanggapi permintaan komentar. Seorang juru bicara mengatakan kepada The Cincinnati Enquirer bahwa keputusan itu sudah "positif".

“Kami memohon semua anggota masyarakat untuk melakukan apa yang kami tahu berhasil: memakai masker, divaksinasi penuh, dan jarak sosial bila memungkinkan,” kata Martin kepada surat kabar itu.

“Di UC Health, kami menghormati keahlian dokter kami dan menghargai ketelitian ilmiah yang digunakan untuk mengembangkan perawatan, pengobatan, dan terapi lainnya,” tuturnya.

“Kami tidak mau bahwa rumah sakit atau dokter harus diperintah untuk memberikan obat dan/atau terapi, terutama obat dan/atau terapi yang belum terbukti, yang bertentangan dengan saran medis," ungkapnya.

Ivermectin merupakan obat antiparasit yang tersedia untuk manusia maupun hewan. Obat kecacingan itu telah dipromosikan oleh beberapa dokter, beberapa anggota Partai Republik, dan pembawa acara podcast populer Joe Rogan untuk memerangi Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler