Cermati Kandungan Gizi Dominan dalam Susu
Konsumen diminta cermat dan cerdas saat membeli susu dan produk susu pabrikan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Konsumsi susu dan produk susu masyarakat Indonesia hanya 16,27 kilogram per kapita per tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand (22,2 kilogram per kapita) dan Malaysia (36,2 kilogram per kapita). Karena itulah masyarakat didorong untuk meningkatkan konsumsi susu dan produk susu hariannya.
Erfi Prafiantini dari Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PP-PDGMI) menjelaskan bahwa susu mengandung berbagai kebutuhan nutrisi penting bagi tubuh. Setidaknya ada tiga kandungan gizi yang dominan dalam susu dan produk susu, yaitu laktosa, lemak susu, dan protein susu.
Laktosa merupakan disakarida yang terbentuk dari glukosa dan galaktosa yang membentuk energi. Laktosa juga membantu mendukung pertumbuhan, membantu proses defekasi dan meningkatkan penyerapan air, natrium dan kalsium. Susu sapi mengandung sekitar 5 gram laktosa/100 gram.
“Untuk toleransi dari laktosa biasanya kalau tidak ada masalah dengan enzim laktase nya, sistem pencernaan bekerja tidak ada masalah baik secara genetik ataupun fungsi anatomi dan fungsional, itu masih bisa mentoleransi laktosa 10 gram dari susu karena batasnya adalah itu 12 gram harusnya aman-aman saja,” kata Erfi dalam webinar Konsumen: Bijak Mengonsumsi Susu dan Produk Susu yang diinisiasi BSN.
Sementara untuk lemak susu, lanjut Erfi, terbilang sangat kompleks karena terdiri dari sejumlah besar asam lemak dan molekul lipid lainnya yang memiliki berbagai efek pada kesehatan manusia. Produk susu rendah lemak dan kalsium umumnya dianggap dapat menurunkan tekanan darah, adapun produk susu tinggi lemak diketahui dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL dan LDL.
Erfi mengingatkan bahwa produk susu pabrikan juga mengandung zat tambahan perisa dan lain sebagainya. Karena itulah, konsumen mesti cermat dan cerdas dalam membeli susu dan produk susu pabrikan.
“Seperti halnya kental manis yang kandungan gula dan perisa tinggi, itu kan sudah tidak termasuk produk susu, tapi masyarakat masih banyak yang anggap itu sebagai susu,” jelas Efri.
Susu dan produk susu juga mengandung protein susu yang berperan penting dalam proses penurunan berat badan karena memiliki efek kenyang lebih tinggi, sehingga membantu mencegah konsumsi energi yang berlebihan dan mengurangi simpanan lemak tubuh. Protein pada susu dan yogurt juga memiliki efek protektif pada perkembangan penyakit diabetes melitus.
Efri melanjutkan bahwa konsumsi susu dan produk susu juga direkomendasikan untuk pencegahan beberapa penyakit. Misalnya berdasarkan artikel Thorning (2016), menunjukkan bahwa asupan tinggi susu dan produk susu yaitu sekitar 200-300 ml/hari tidak meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi yogurt berbanding terbalik dengan kasus kelebihan berat badan dan obesitas. Kandungan susu pada susu dan olahannya seperti magnesium, kalsium, laktosa dan protein dapat meningkatkan rasa kenyang dan menurunkan risiko obesitas dan kelebihan berat badan. Asupan kalsium pada susu dan produk susu juga yang memiliki efek protektif terhadap perkembangan diabetes 2. “Kalau saya simpulkan konsumsi susu dan produk susu dikaitkan dengan pola makan sehat dan mencegah beberapa penyakit,” kata Erfi.