10 Ribu Warga China Telantar di Perbatasan dengan Myanmar

Situasi politik dan pandemi yang memburuk di Myanmar buat warga China pulang kampung

EPA-EFE/STRINGER
Situasi politik dan pandemi yang memburuk di Myanmar buat warga China pulang kampung. Ilustrasi.
Rep: Antara Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Lebih dari 10 ribu warga negara China terjebak di pos perbatasan Ruili, Provinsi Yunnan, yang berbatasan dengan Myanmar. Media China menyebut mereka hendak menyerahkan diri untuk pulang ke negaranya karena situasi politik yang memburuk dan pandemi Covid-19 di Myanmar.

Mereka sebelumnya melarikan diri ke Myanmar karena beberapa kasus kejahatan lintas-batas seperti penipuan melalui alat telekomunikasi. Kepulangan ribuan warga China itu ternyata tidak berlangsung mulus. Mereka terjebak dalam antrean panjang di pos perbatasan karena protokol kesehatan ketat yang diterapkan oleh otoritas China.

"Hanya seratus orang per hari yang diizinkan melintas pos perbatasan Ruili. Mereka harus menunjukkan hasil tes PCR. Yang positif langsung dikirim ke fasilitas perawatan khusus, yang negatif langsung karantina," kata seorang petugas di Ruili sebagaimana dikutip Global Times, Ahad (3/10).

Derasnya gelombang kepulangan warga China itu terjadi setelah pemerintah China meminta warganya di Myanmar untuk mendaftarkan identitas diri. Kepada sejumlah media, pemerintah Ruili mengatakan regulasi baru tersebut dikeluarkan terkait situasi politik yang memanas dan kasus Covid-19 di Myanmar memburuk.

Perkembangan itulah yang menjadikan warga China di Myanmar berbondong-bondong untuk menyerahkan diri kepada otoritas China. Para warga itu berasal dari beberapa provinsi di China seperti Hubei, Jiangxi, dan Henan. Provinsi-provinsi tersebut telah memberikan tenggat kepada para pelaku untuk menyerahkan diri.

Kota Tianmen di Provinsi Hubei memberikan tenggat sejak 15 Juni bagi siapa pun untuk menyerahkan diri. Jika tidak melewati batas waktu tersebut, mereka akan diberi keringanan hukuman.

Kerumunan massa yang terjadi di pos perbatasan itu membuat Kota Ruili kembali menghadapi risiko berat kasus Covid-19. Kota di selatan China itu telah beberapa kali mengalami gelombang kasus Covid-19. Provinsi Yunnan pada Sabtu (2/10) saja telah mendapati 14 kasus Covid-19 yang menimpa warga China yang sebelumnya melarikan diri ke Myanmar dan memutuskan menyerahkan diri.

Baca Juga



BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler