Ragam Kebudayaan dalam Satu Penerbangan

PON Papua menjadi momen yang menyatukan seluruh provinsi di Indonesia.

Republika/Thoudy Badai
Suasana Upacara Pembukaan PON XX Papua di Stadion Lukas Enembe, Kompleks Olahraga Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura Papua, Sabtu (2/10).
Rep: Muhammad Ikhwanuddin Red: Endro Yuwanto

Oleh : Muhammad Ikhwanuddin, jurnalis olahraga Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, Selama 27 tahun hidup di dunia, ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Tanah Papua. Kira-kira tujuh tahun lalu saat masih kuliah, saya mulai terbesit keinginan berada di Bumi Cendrawasih barang satu hari saja.

Alhamdulillah, mimpi saya akhirnya terwujud. Saya diminta kantor berangkat ke Papua meliput Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi ke-20 selama 10 hari.

Pihak kantor memberikan saya tiket pesawat yang terbang dari Jakarta langsung menuju Jayapura. Di tiket tercantum perjalanan itu memakan waktu tujuh jam. Wow, lagi-lagi ini menjadi hal pertama bagi saya terbang selama itu di dalam pesawat.

Hari keberangkatan tiba. Saya tak menemui kesulitan berarti saat mencari pesawat yang akan membawa saya terbang. "Bismillah, Papua, aku datang," pikir saya dalam hati.

Penerbangan malam hari menyebabkan tidak banyak yang bisa dilihat selain wajah saya di balik jendela. Bosan melihat diri sendiri, saya berusaha menghabiskan waktu dengan membuka obrolan dengan seorang ibu asli Papua yang duduk di sebelah saya, namanya Ibu Yati.

Ia mengaku hendak terbang ke Timika, sebuah kota yang berada di tengah Provinsi Papua. "Sa mau pulang," ujarnya dengan aksen Indonesia Timur yang kental.

Saya lantas bertanya kepada Ibu Yati bagaimana dia nanti ke Timika, sedangkan pesawat ini mendarat di Jayapura. Dengan santai ia menjawab bahwa pesawat yang kami tumpangi memang ke Timika.

Beliau yang santai, saya yang terkulai. Saya berusaha menyembunyikan perasaan terkejut saat mengetahui pesawat yang saya tumpangi menuju ke Timika. Padahal sebelum lepas landas, saya sudah memastikan kepada pramugari bahwa tujuan pilot adalah Jayapura.

Ibu Yati nampaknya sadar dengan gestur gusar saya di balik jaket dan masker. "Tenang saja mas, pesawat ini memang ke Timika, tapi setelah itu dia pergi ke Jayapura," ucapnya.

Alhamdulillah, sebut saya. Tak terbayang jika saya salah penerbangan ketika sudah berada di dalam pesawat selama berjam-jam.

Sembari memerhatikan Bu Yati bercerita antusias soal anak-anaknya yang tersebar menuntut ilmu di seluruh penjuru negeri, saya juga mendengar penumpang lain saling berbincang satu sama lain. "Bahasa Sunda," pikir saya dalam hati.

Ketika Ibu Yati tertidur, saya menengok ke arah dua penumpang yang sedang berbicara dengan bahasa Sunda. Dari jaketnya, tertulis kontingen PON Jawa Barat. Sepertinya mereka juga punya tujuan yang sama dengan saya. Sejurus kemudian, lewat seorang pria dengan baju bertuliskan kontingen Jawa Tengah, lalu Jambi, dan Sumatra Utara.

Saya lalu tersadar pesawat yang saya tumpangi diisi oleh penumpang dari berbagai latar belakang suku, bahasa, dan kebudayaan. Semua tertuju kepada PON Papua.

PON yang kerap dicibir karena menghabiskan banyak anggaran dana, sadar tidak sadar, ternyata menjadi momen yang menyatukan seluruh provinsi di Indonesia.

Keberagaman pun sudah saya rasakan sejak di dalam pesawat. Setelah Bu Yati turun di Timika, saya duduk bersebelahan dengan Ikhsan, seorang atlet sambo dari kontingen Sumatra Barat. Aksen Minangkabau Ikhsan masih sangat kental saat bertanya ke mana nanti saya pulang. "Balek ke mano, bang?" katanya.

Kami banyak berdiskusi soal perkembangan olahraga sambo yang belum terlalu populer di Indonesia. Cabang olahraga asal Rusia itu pun masih berstatus eksibisi di PON Papua. Penggemar Khabib Nurmagomedov itu optimistis, sambo dapat berkembang dan menjadi olahraga unggulan di Tanah Air.

Sayangnya, obrolan saya dengan Ikhsan terhenti karena pesawat sudah tiba di Bandara Sentani. Terik cahaya matahari Jayapura menyambut saya dengan hangat. Rasa lelah bercampur aduk dengan perasaan gembira sekaligus bersyukur. Kaki ini benar-benar sudah berada di tanah Papua.


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler