Korea Utara Kritik AS Lagi
Kim Jong-un mengatakan meningkatkan kemampuan militer tak bertujuan perang lawan AS
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kembali mengkritik AS dan mengatakan negaranya akan meningkatkan kemampuan militer untuk melawan "pasukan musuh", media Korea Selatan melaporkan pada Selasa.
Berbicara di sebuah pameran pengembangan pertahanan, Kim mengatakan meningkatkan kemampuan pertahanan tidak bertujuan untuk perang melawan Washington atau Seoul, Kantor Berita Yonhap melaporkan.
"AS telah sering memberi isyarat bahwa itu tidak memusuhi negara kami, tetapi tidak ada dasar perilaku untuk percaya bahwa itu tidak," kata Kim Jong-un.
Dia menambahkan bahwa menyelesaikan ketegangan saat ini dengan Korea Selatan tidak mudah karena kehadiran AS di kawasan itu. Pemimpin Korea Utara juga menuduh Korea Selatan dan disebut "munafik" karena memiliki "standar ganda" terhadap negaranya.
Dia menekankan kalau Pyongyang akan menanggapi jika Seoul terus "melanggar hak kami untuk membela diri," menurut laporan itu. Namun dia mengklarifikasi bahwa meningkatkan kemampuan militer tidak berarti menargetkan Seoul.
Pernyataan Kim muncul setelah militer Korea Selatan pada hari Rabu mengatakan negara itu berencana untuk memperkuat pencegahan yang disesuaikan bersama dengan AS terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
“Musuh kami adalah perang itu sendiri, bukan negara atau kekuatan tertentu seperti Korea Selatan dan AS,” Yonhap mengutip Kim, menambahkan: “Tetapi upaya eksternal kami untuk perdamaian sama sekali tidak berarti melepaskan hak kami untuk membela diri."
Pekan lalu, Korea Utara menguji coba rudal anti-pesawat yang baru dikembangkan, sebagai bagian dari rangkaian peluncuran rudal dalam beberapa pekan terakhir yang meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.
Pada 4 Oktober, Korea Utara dan Korea Selatan memulihkan jalur komunikasi lintas batas yang terputus oleh Pyongyang pada Juli, meningkatkan harapan untuk dimulainya kembali dialog antar-Korea yang terhenti.
Tahun lalu, Korea Utara meledakkan kantor penghubung, dan secara sepihak memutus semua jalur komunikasi antar-Korea melalui selebaran anti-Pyongyang yang dikirim dari Korea Selatan. Hotline tersebut sempat kembali beroperasi pada akhir Juli sebelum ditangguhkan oleh Korea Utara sebagai protes terhadap latihan militer gabungan tahunan Korea Selatan dan AS.