Teliti Fosil di Waduk Saguling, ITB Temukan Hewan Purba
Penemuan fosil hewan purban itu berawal dari laporan masyarakat.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Baru-baru ini, telah ditemukan fosil di pulau Sirtwo di tengah Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat. Penemuan yang berawal dari laporan masyarakat tersebut kemudian diteliti lebih lanjut oleh Tim dari Prodi Teknik Geologi ITB.
Selama kegiatan survei, tim melakukan pengamatan di 17 titik di sepanjang Pulau Sirtwo. Tim berhasil memverifikasi bahwa tulang yang ditemukan pada batuan di sepanjang pulau merupakan fosil, bukan hewan yang sifatnya modern/kontemporer/hari ini.
Kesimpulan tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Mika Rizki Puspaningrum, dari KK Paleontologi dan Geologi Kuarter, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB). “Fosil-fosil yang ditemukan di permukaan dan juga yang telah terekspos kemudian diangkat dan disimpan oleh pihak yang berwenang di lokasi. Berdasarkan temuan tersebut, tim berhasil mengidentifikasi fosil-fosil yang telah dikumpulkan,” ujar Mika, Rabu (20/10).
Mika mengatakan, fosil-fosil yang ditemukan berasal dari kelompok Bovidae (sapi, kerbau dan banteng), Cervidae (kelompok rusa) dan Elepha maximus (gajah). Kronologis penemuan fosil tersebut, Mika mengatakan, sekitar tahun 2020, beberapa warga lokal mengembangkan objek wisata Pulau Sirtwo, pulau-pulau di sekitar Bendungan Saguling. Pulau-pulau ini dulunya dimanfaatkan warga untuk menambang pasir.
Bahkan, kata dia, sudah dilakukan beberapa kali wisata terbatas ke sana. Awalnya wisata yang ada hanya susur perahu, foto-foto di pinggir danau, dan ke menara Sirtwo. “Sambil mengeksplorasi pulau, Pak Rizky (penggiat Pemandu Geowisata Indonesia, Red) mendapatkan laporan dari warga sekitar yang bernama Pak Jahidin mengenai batuan yang seperti tulang. Kemudian beliau mengecek ke lapangan, lalu mengambil beberapa foto," katanya.
Foto tersebut, kata dia, disampaikan kepada salah satu anggota tim, yang kemudian berinisiatif untuk mengecek lokasi tersebut untuk melakukan verifikasi temuan warga. Survei, kata dia, dilakukan pada dua hari berbeda yaitu Ahad, 10 Oktober dan Jumat, 15 Oktober 2021. Survei melibatkan Alfend Rudyawan (KK Geodinamika dan Sedimentologi), Astyka Pamumpuni (KK Geologi Terapan), Sukiato Khurniawan (Dosen Prodi Geologi Universitas Indonesia, Alumni Teknik Geologi ITB angkatan 2011) dan Alfita Handayani (Dosen Teknik Geodesi ITB).
Kemudian, kata dia, tim yang bekerja sama dengan Museum Geologi ini juga melakukan ekskavasi terhadap tulang kaki depan gajah yang telah terbuka dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Tim ITB, berinisiatif untuk melindungi fosil tersebut dengan cara membungkusnya dengan gips untuk kemudian dapat diangkat dan diteliti lebih lanjut.
“Selain paleontologi, tim juga akan mengembangkan penelitian pada aspek geologi secara menyeluruh, meliputi kajian stratigrafi, umur dan lingkungan purba,” katanya.
Menurutnya, tinjauan lebih mendalam mengenai fosil-fosil tersebut serta tindak lanjut terhadap pengelolaan pulau, perlu dilaksanakan secara kolaboratif. Yakni, antara tim ITB dengan warga pengelola Pulau Sirtwo, PT Indonesia Power Saguling (sebagai pengelola wilayah), TACB KBB, Disparbud KBB, PGWI, Museum Geologi Bandung, Pemerintah Kec. Cipongkor, Masyarakat Geowisata Indonesia dan DPC HPI KBB.