Adu Pantun di Khitanan Massal PDIP

Acara khitan dimulai dengan palang pintu dan saling berbalas pantun

istimewa
Khitanan Massal dengan Budaya Betawi yang digelar PDIP,
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto adalah seorang dari keturunan Jawa yang berasal dari Yogyakarta. Ketua DPP PDIP Eriko Sotarduga adalah bersuku Batak dari Sumatera Utara. Namun keduanya menjadi orang Betawi ketika acara Khitanan Massal dengan Budaya Betawi yang digelar PDIP, keterangan persnya, Sabtu (23/10). 

Baca Juga


Awalnya, Eriko memimpin arak-arakan delman berisi ‘pengantin’ peserta sunatan massal itu. Dari Tugu Proklamasi, rombongan mendatangi Kantor DPP PDIP di Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat. Rombongan disambut Hasto Kristiyanto sebagai tuan rumah. Baik Hasto dan Eriko mengenakan pakaian Betawi. 

Sebelum masuk, Eriko memberhentikan rombongan lalu berkata. 

“Assalamualaikum. Permisi bang sekjen, aye dan rombongan mau numpang lewat nih,” kata Eriko. 

“Entar dulu, Bismillah dulu... Ente mau lewat sini? Ente mesti lewatin dulu jagoan gue,” kata Hasto menjawab. 

“Boleh, ane punya jagoan buat di adu,” kata Eriko. 

“Ane juga punya. Banteng mah harus berani,” kata Hasto. 

Eriko lalu memanggil seorang anak dari rombongannya yang memakai kostum pencak silat. Memegang sebuah golok, anak perempuan itu lalu menampilkan sejumlah jurus silatnya. 

“Luar biasa,” kata Hasto usai penampilannya. 

Usai itu, Eriko lalu maju kembali. Dipanggilnya tiga anak lelaki dari rombongannya. 

Pantun lalu disampaikan. 

"Bang, abang orang Betawi, aye orang Betawi. Namanya orang Betawi, selangke due langke pasti punya yang namanya mainan.” 

"Jadi Ibarat punya tanah tanemin sawi, badan basah sehabis mencangkul. Jangan sebut anak Betawi, kalau tak bisa main pukul,” katanya. 

Ketiga anak tersebut lalu unjuk kebolehannya bermain silat. 

Acara dimulai dengan palang pintu dan saling berbalas pantun. Hasto dan Eriko terpingkal-pingkal mendengar berbalas pantun dengan kata-kata yang "mengocok perut" disambut tepuk tangan meriah para hadirin. Atraksi pencak silat menambah semarak acara tersebut. 

Usai mereka, dua anak muda maju. Berpakaian hijau dan merah, keduanya mengeluarkan jurus-jurus. Seakan keduanya adalah sparring partner yang menunjukkan bagaimana jurus silat sebagai seni bela diri. 

Eriko Sotarduga mengatakan bahwa walau acara khitanan yang sifatnya keagamaan, pihaknya sengaja memadukan dengan budaya Betawi. Hal ini sejalan dengan pesan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang selalu mendorong agar budaya keindonesiaan tak ditinggalkan di tengah budaya modern maupun kebiasaan keagamaan yang dihidupi masyarakat.

“Semoga semangat ini selalu kita hidupi. Kita sudah membuktikan bahwa memadukan hal ini menyenangkan,” kata Eriko.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler