Industri di Tengah Badai Pandemi Covid-19

Indonesia dengan sumber daya dimiliki seharusnya bisa menjadi negara yang survive.

.
Rep: Elma Zulianita Red: Retizen
Sumber foto: Republika Online

Corona virus adalah pandemi dunia yang terjadi bukan hanya di Indonesia saja, untuk itu efek yang ditimbulkan sangatlah masif bagi kesehatan maupun perekonomian khsusunya dunia industri baik di Indonesia maupun dunia. Setiap negara memiliki strateginya sendiri-sendiri untuk melawan corona semakin cepat penanggulangan sepeti me lockdown sebagian atau seluruh wilayahnya dan juga melakukan himbauan-himbauan agar muncul kesadaran individu untuk self lock down akan berakibat lebih cepatanya terputus mata rantai penyebaran virus. Sehingga siapa yang duluan masuk pitstop akan lebih dulu membuat cepat berkurangnya efek buruk corona. China, Vietnam, kemudian Singapura adalah negara-negara yang lebih dulu masuk ke pitstop. Sehingga bisa kita asumsikan katakanlah China sudah mulai kuning atau tidak lagi menjadi daerah merah, lalu lockdown Wuhan dan Hubei dibuka dan Sanghai Beijing sudah mulai hijau produksi mereka tetap tidak akan 100% katakanlah 50% karena China sebagai negra produsen dan suplier market internationalnya belum pulih misal ke Amerika, karena Amerika adalah pasar terbesar bagi China, Presidan Trumph memprediksi Amerika pulih pada Oktober.


Sehingga Corona virus ini timbul pulih bergantian tiap negara, sehingga waupun pulih pada tahun ini diprediksi tiap negara belum akan mau membuka diri untuk dunia International pada tahun ini. Indonesia katakan lah pulih pada September China tetap tidak akan melakukan perdagangan dengan indonesia sampai pulih dari corona. Jadi selama tahun 2020 negara yang terbebas dari corona mereka hanya akan aktif ekonominya sebesar 50% dan mengutamakan domestic consumption atau market lokal. Eksport ataupun import sangant selektif sekali seperti hanya untuk sumber daya energi sisanya sebagian besar akan menggunakan subtitusi produk dalam negeri. Sehingga ini menjadi peluang sekaligus ancaman disisi yang lain sehingga negara akan mengurus dirinya sendiri untuk pulih, khususnya untuk pelaku bisnis dan industri ini adalah masa purifikasi atau pemurnian bagi industri atau pebisnis.

Tahun 2020 telah jadi tahun yang penuh tantangan mulai dari virus corona, depresiasi rupiah, harga minyak mentah di bawah harga produksi karena negosiasi penentuan harga minyak antara Arab saudi dan Rusia yang deadlock, bursa saham yang bearish dan memicu instabilitas dan gerahnya suhu politik di dunia. Dengan kodisi ini para pelaku bisnis dan industri akan cenderung wait and see untuk mengurangi resiko usaha hingga corona terlewati, rupiah terjun bebas, juga bursa saham, ukm 70% penjualannya turun karena bahan bakunya tidak ada karena bergantung pada impor.

Ekonomi indonesia yang banyak terpengaruh unsur China tentunya dengan kondisi seperti saat ini akan terkontraksi. Kalau dalam waktu lama China lockdown dan Indonesia tidak dapat impor barang dari China dan Eksport barang ke China maka Indonesia harus mencari alternatif lain. Ekonomi belum bisa gigi 5 dalam laju pertumbuhannya paling tidak sampai 1 tahun kedepan, sehingga disisi lain terciptalah peluang untuk menguatkan sisi dalam negeri dalam segi ekonomi. Bila tiap negara fokus pada kebutuhan domestik Indonesia dengan sumber daya yang dimiliki seharusnya bisa menjadi negara yang survive terutama dari segi ekonominya.

Disisi lain Virus corona sebenarnya sudah ada sejak 1980 tapi tidak semematikan saat ini dan tidak secepat ini transfering atau penularannya karena itu virus yang saat ini disebut sebagai new corona virus. Indonesia sedikit terlambat untuk mengantisipasi efek dari corona ini. Bahkan sejak dimumukannya bahaya corona ini masih ramai orang yang mengantre krl dan publik transportasi lainnya. Sehingga mungkin banyak yang terinfeksi saat ini melebihi data yang di tampilkan.

Bahkan ada yang berpendapat bahwa fenomena ini adalah buatan karena virus corona ini penyebarannya tidak seperti virus biasa tetapi seperti biological warfare sehingga perlu data intelejen untuk mengambil langkah extraordinary action bila diperlukan sebagai langkah strategis dan garda terdepan dipimpin menteri pertahanan. Kemudian edukasi kemasyarakat haruslah menyeluruh untuk mencegah korban terinfeksi dan diupayakan jangna sampai di atas 1000 atau 5000. Kemudian fokus untuk menggambil tindakan membangun cadangan nasional terhadap kesehatan pangan dan guyuran dana murah ke ukm.

Industri dan Ukm saat ini mengalami masa yang sulit untuk bertahan di saat krisis ini berbeda dengan tantangan yang sebelumnya seperti krisis di tahun 1998, kemudian krisis ekonomi 2008 yang berhasil bertahan, mengapa bertahan? karena pada masa itu ukm bisa import dan eskpor, sementara tahun ini banyak negara lockdown dan low cost oil dibawah harga produksi, mendadak rupiah melemah imbasnya tidak punya dolar untuk membeli minyak, industri dan ukm tidak bisa produksi karena akan defisit dan tidak bisa mendapat bahan baku jadi disaat ini industri yang bergantung pada impor akan mengalami masa sulit. Bila ukm stagnan imbasnya adalah kepada bumn korporasi besar swasta akan pindah bisnisnya keluar indonesia. Solusinya adalah SWF (Sovereign Wealth Fund) tanpa hutang dan pemerintah harus mengambil kebijakan yang benar.

sumber : https://retizen.id/posts/15759/industri-di-tengah-badai-pandemi-covid-19
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler