Unggahan Palestina Dibatasi, Karyawan Facebook Prihatin
Facebook dikhawatirkan menghapus konten Palestina atas permintaan Israel
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Beberapa karyawan Facebook menyuarakan keprihatinan tentang pembatasan unggahan Instagram pengguna Palestina selama serangan Israel di Gaza dan pergolakan di Yerusalem Timur yang diduduki pada Mei tahun ini. Hal itu dilihat berdasarkan laporan dokumen internal.
Para karyawan menyuarakan rasa frustrasi ketika mereka berjuang untuk memahami alasan konten dihapus dan dibatasi, termasuk Instagram Stories oleh aktivis dan jurnalis Palestina, seperti Mohammed El-Kurd. “Bisakah kami menyelidiki alasan unggahan yang berkaitan dengan Palestina akhir-akhir ini memiliki jangkauan dan keterlibatan yang terbatas?” tulis salah seorang karyawan.
Dalam pesannya, karyawan yang sama menyertakan tautan ke cicitan pada 12 Mei yang dibagikan oleh El-Kurd yang terselip foto pesan kesalahan dari Instagram. Dokumen itu diteruskan oleh pelapor Facebook Frances Haugen ke Komisi Keamanan dan Pertukaran Amerika awal tahun ini dan diberikan dalam bentuk yang sudah diedit ke Kongres.
Seorang staf kongres meneruskannya ke beberapa media yang telah melaporkannya sejak Senin. “Kami meminta maaf kepada siapa pun yang merasa tidak dapat memberikan perhatian pada beberapa agenda penting,” kata Juru Bicara Facebook Drew Pusateri kepada ABC News dalam sebuah pernyataan.
Perusahaan mengatakan Instagram memiliki kesalahan teknis pada bulan Mei yang berdampak pada jutaan pengguna. Selain itu, pihaknya juga mengatakan keterbatasan unggahan terkait konflik Israel dan Palestina karena adanya kesalahan teknis.
Dokumen tersebut akan menimbulkan pertanyaan lebih lanjut terhadap Facebook yang telah menghadapi kritik dalam beberapa tahun terakhir atas penyensoran konten Palestina. Kritik mencapai puncak baru pada Mei ketika aktivis Palestina menemukan unggahan mereka di berbagai platform, termasuk Facebook, Instagram dan Twitter telah dihapus dan akun mereka ditangguhkan. Peristiwa ini sering terjadi tanpa adanya penjelasan dari Facebook.
Dilansir Middle East Eye, Sabtu (30/10), 7amleh, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada hak digital Palestina, menemukan lebih dari 500 insiden di mana pidato politik Palestina telah disensor selama bulan yang sama. Sebagai tanggapan, hampir 200 karyawan Facebook menandatangani surat terbuka pada Juni yang menuduh perusahaan secara tidak adil menghapus atau menurunkan peringkat konten pro-Palestina dan menuntut langkah-langkah baru diberlakukan untuk mencegah hal serupa terjadi.
Bulan ini, Facebook mengumumkan sebuah badan independen akan menyelidiki bagaimana unggahan Arab dan Ibrani dimoderasi, salah satu rekomendasi yang dibuat oleh Dewan Pengawas perusahaan setelah pergolakan di bulan Mei.
Pendukung hak digital Palestina sebelumnya telah mengatakan mereka khawatir Facebook menghapus konten Palestina atas permintaan pemerintah Israel. Dewan Pengawas bertanya kepada Facebook selama penyelidikannya apakah perusahaan telah menerima permintaan resmi atau tidak resmi dari Israel untuk menghapus konten pada Mei.
Perusahaan menjawab belum menerima permintaan hukum yang sah dari otoritas pemerintah. Selain itu, Facebook juga menolak untuk memberikan sisa informasi yang diminta oleh dewan.