Film Nussa Bangkitkan Industri Animasi Berbasis Edukasi

Film Nussa menunjukkan tidak selamanya idealisme dan konsumerisme bertentangan.

Visinema Pictures
Anak di bawah umur 12 tahun sudah bisa menyaksikan film NUSSA di bioskop.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al Jufri menilai film Nussa membangkitkan industri animasi berbasis edukasi di Indonesia. Menurut Salim, film Nussa menunjukkan tidak selamanya idealisme dan konsumerisme bertentangan.

Baca Juga


"Keberhasilan film Nussa ini menunjukkan bahwa tidak selamanya idealisme dan konsumerisme bertentangan karena masih banyak masyarakat yang lebih memilih film yang sarat nilai daripada sekadar sarat efek,” ujar Salim dalam siaran pers, Ahad (31/10).

Salim mengungkapkan, di tengah arus industri film Barat, India, dan Korea yang melanda layar bioskop dalam negeri, idealisme para sineas Indonesia untuk terus memproduksi film edukasi ternyata tetap tinggi. Ia menilai wajar film Nussa yang sarat dengan nilai-nilai moral mendapatkan animo yang tinggi dari masyarakat.

“Di Indonesia ini banyak animator-animator mumpuni yang kualitasnya tidak jauh beda dengan industri film di negara-negara lain, termasuk Hollywood dan Bollywood. Bedanya terletak pada nilai yang diangkat. Para sineas dan animator kita berorientasi pada edukasi, bukan sekadar mengikuti tren," kata dia.

Salim menyampaikan, film animasi Nussa sangat realistis dalam menggambarkan sosok anak sekolah dasar di Indonesia dengan segala problematika yang dihadapi di sekolah, rumah, dan lingkungan bermainnya. Dia menyebutkan, hal-hal yang relevan dengan kehidupan masyarakat biasanya memang akan lebih disukai.

“Sifat keegoisan anak kecil, kecemburuan ketika tidak menjadi perhatian orang tua, adalah murni khas anak-anak. Film ini bukan film fantasi, namun film yang dekat dengan keseharian kita," tutur Salim.

Selain itu, menteri sosial RI tahun 2009-2014 tersebut juga menyebutkan, film Nussa mengajarkan nilai-nilai universal kemanusiaan yang bisa diterima oleh segmen manapun. Film Nussa pun ia sebut mampu memperkaya khazanah animasi anak Indonesia sehingga tidak lagi bergantung pada film-film animasi luar.

“Tentu ada kesenjangan budaya antara anak Indonesia dan film animasi produksi Barat dan Jepang. Film Nussa ini justru menurut saya tidak ada sekat karena memang dekat sekali dengan keseharian anak-anak kita," ujar dia.

Doktor Salim pun mengajak keluarga Indonesia untuk sama-sama menonton film ini karena memiliki keluhuran universal yang sesuai dengan budaya Indonesia. Dia ingin semua elemen masyarakat untuk mendukung animator lokal Indonesia untuk terus berkarya.

“Kita dukung sineas dan animator lokal Indonesia untuk terus berkarya. Saya berharap ke depannya akan banyak lagi film-film seperti ini agar industri animasi berbasis edukasi terus tumbuh dan memainkan peran penting di kancah industri perfilman dunia," ujar dia.

Baca juga : Limbah Masker Terus Menyapu Pantai Sejak Pandemi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler