Timur Tengah Terancam Krisis Iklim, Ini Buktinya

COP26 di Glasgow bertujuan agar pemerintah mengambil tindakan terhadap krisis iklim

EPA-EFE/HAMID ALQASIMI
Jalan-jalan banjir setelah Badai Tropis Shaheen menghantam Wilayat Al-Khaburah di Oman, 04 Oktober 2021. Shaheen sehari sebelumnya mengemas kecepatan angin hingga 116 kilometer per jam dan diperkirakan akan menguat menjadi siklon tropis kategori 1, kata pihak berwenang. Sedikitnya sepuluh orang tewas akibat banjir dan satu orang lainnya hilang.
Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Meiliza Laveda

JAKARTA – Konferensi Perubahaan Iklim PBB atau COP26 yang diadakan Glasgow bertujuan agar pemerintah mengambil tindakan terhadap krisis iklim yang semakin berkembang. Ada beberapa wilayah yang menghadapi krisis iklim, yakni di Timur Tengah dan Afrika Utara. Berikut laporannya seperti yang dirangkum Middle East Eye, Selasa (2/11), selama dua tahun terakhir:

Baca Juga



1. Kota besar terancam hilang
Kota-kota pesisir di Mesir dan Irak dapat tenggelam pada 2050 sebagai akibat dari naiknya permukaan laut. Penelitian yang dilakukan oleh organisasi nirlaba berbasis di AS, Climate Central, telah melipatgandakan perkiraan awal kerentanan global terhadap kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir.

Data Climate Central menunjukkan Basra, kota terbesar kedua di Irak, sebagian dapat terendam banjir akibat naiknya air laut, yang menyebabkan ribuan orang mengungsi dari rumah mereka. Penelitian juga menunjukkan Kota Alexandria di Mesir terancam hilang yang menambah kekhawatiran bagian-bagian kota sudah tenggelam karena naiknya permukaan air.

2. Suhu mencapai 50 derajat Celsius
Empat negara di Timur Tengah harus menghadapi suhu melampaui 50 derajat Celsius pada Juni 2021. Keempat negara itu adalah Oman, Iran, Kuwait, dan Uni Emirat Arab mengalami suhu yang menyamai atau menantang rekor nasional.

Suhu ekstrem itu telah didokumentasikan sebagai peningkatan frekuensi yang signifikan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada 2020, sebuah penelitian yang diterbitkan di Science Advances menunjukkan bagian Timur Tengah, khususnya wilayah Teluk, mungkin tidak dapat dihuni manusia jika kondisi saat ini terus berlanjut.

3. Jutaan orang menghadapi kekeringan
Kekeringan yang kerap berlangsung dapat membahayakan kehidupan lebih dari 12 juta orang di Irak dan Suriah. Dalam pernyataan bersama, 13 kelompok bantuan mengatakan adanya risiko bencana karena kenaikan suhu, rekor curah hujan yang rendah, dan kekeringan yang mengancam akses ke air minum, air irigasi, dan listrik saat bendungan mulai mengering.

Menurut PBB, Suriah menghadapi kekeringan terburuk dalam 70 tahun sementara Irak menghadapi musim terkering kedua dalam 40 tahun sebagai akibat dari rekor curah hujan yang rendah.

4. Banjir telah merusak garis pantai
Banjir bandang yang terjadi pada awal Agustus 2021 menghancurkan Laut Hitam Turki dan menewaskan puluhan orang. Kehancuran terjadi tepat ketika negara yang dilanda bencana itu mengendalikan ratusan kebakaran hutan di sepanjang pantai selatannya yang indah. Banjir melanda Turki pada pekan yang sama ketika panel PBB mengatakan pemanasan global hampir tidak terkendali dan cuaca ekstrem akan menjadi lebih parah.

5. Polusi telah menutup kota
Kabut asap beracun yang menggantung di Iran selama berhari-hari pada November 2019 memaksa pihak berwenang menutup sekolah dan universitas serta memerintahkan orang untuk tetap berada di dalam rumah mereka.

Lonjakan polusi serupa memiliki efek mematikan pada tahun 2016. Lebih dari 400 orang diperkirakan meninggal dalam waktu kurang dari sebulan selama periode tersebut. Menurut laporan Bank Dunia yang dirilis tahun 2018, sebagian besar polusi kota disebabkan oleh kendaraan berat, sepeda motor, kilang, dan pembangkit listrik.

Baca juga : AS dan Indonesia Sepakat Mendesak Mitigasi Perubahan Iklim

6. Pariwisata membunuh ekosistem terumbu karang
Kepadatan penduduk merusak beberapa terumbu karang di Laut Merah dan Teluk Arab karena kawasan tersebut berjuang untuk menyeimbangkan pariwisata dan pelestarian ekologi. Di antara ancaman tersebut adalah tabir surya yang berdampak negatif terhadap ekologi perairan.

Profesor ekologi Universita Politecnica delle Marche Italia Cinzia Corinaldesi dan rekan penulis makalah 2018 tentang tabir surya dan karang di Maladewa menemukan nanopartikel seng oksida yang sering digunakan dalam tabir surya menyebabkan pemutihan karang yang parah dan cepat dalam jumlah kecil.

7. Danau mengering
Danau di Timur Tengah telah menyusut karena penguapan permukaan dan perencanaan lingkungan yang buruk, termasuk pengalihan air dari sungai. Sebagian besar kapasitas Danau Urmia di Iran yang pernah menjadi danau terbesar di Timur Tengah kini telah berkurang. Sementara Danau Milh Irak yang dulunya menarik ribuan wisatawan kini menyerupai tanah yang sepi.

8. Pembuangan sampah ilegal dari Eropa
Inggris dan Jerman terus membuang sampah plastik secara ilegal ke Turki. Menurut investigasi Greenpeace pada Mei 2021, sampah tersebut dibakar di tempat pembuangan sampah dan mencemari lingkungan. Laporan itu juga menunjukkan Turki menerima hampir 40 persen sampah plastik dari Inggris seberat 209.642 ton tahun 2020.

Selain Inggris, ada sejumlah negara anggota Uni Eropa (UE) yang membuang sampah 20 kali lebih banyak ke Turki pada 2020 dibandingkan tahun 2016, sekitar 447 ribu ton. Angka ini membuat Turki menjadi negara penerima sampah plastik terbesar dari UE.

9. Perang saudara
Menurut organisasi pembangunan perdamaian Belanda PAX pada Oktober 2021, konflik Suriah telah menyebabkan pantai menjadi masalah lingkungan utama. Kebocoran dari kapal tanker, jaringan pipa bawah air dan sistem air limbah telah mengubah pantai Suriah menjadi titik polusi terkait konflik.

10. Hujan deras mengancam situs bersejarah
Hujan deras selama berbulan-bulan di Yaman telah menewaskan lebih dari 100 orang dan mendorong banyak bangunan di Kota Tua Sanaa yang terdaftar di UNESCO ke ambang kehancuran pada Agustus 2021. Hujan yang dimulai pada April lalu telah merusak ratusan rumah termasuk situs bersejarah di Kota Tua Sanaa yang dibangun sebelum abad ke-11.

Baca juga : Demokrat Serang Balik Hasto: Manusia Ahistoris, Caleg Gagal

11. Kekeringan membuat petani berjuang
Pada 2021, petani Kurdistan, Irak, mengalami salah satu penurunan curah hujan paling parah yang memperburuk kekeringan. “Ini sangat memengaruhi mata pencaharian kami yang bergantung pada pertanian dan peternakan domba. Kami kekurangan padang rumput sebagai makanan ternak kami,” kata Petani Desa Khwelen Ramazan Ghalib Khurshid.

Irak adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Wilayah Kurdistan termasuk dalam zona iklim Mediterania.

12. Pencemaran air dan ikan beracun
Pada 2021, setidaknya 40 ton ikan ditemukan mati di tepi danau di sungai Litani Lebanon dalam perairan yang tercemar. Relawan mengumpulkan bangkai ikan busuk di dekat Danau Qaraoun, sementara tumpukan sampah mengapung di dekat ribuan ikan yang membusuk di perairan yang sudah kotor. Otoritas sungai memperingatkan ikan itu beracun dan membawa virus.

13. Kebakaran apokaliptik Aljazair
Pada Agustus 2021, puluhan orang, termasuk tentara tewas dalam kebakaran apokaliptik yang melanda Aljazair utara dan timur. Para ahli mengatakan panas, kekeringan dan angin berkontribusi pada penyebaran api, mirip dengan kondisi iklim di balik kebakaran yang terjadi di negara-negara Mediterania lainnya.

14. Lenyapnya desa di Turki
Desa Kalemler, Turki hancur dalam kobaran api. Rumah, ternak, dan perabotan penduduk desa lenyap. Desa ini hanya berjarak 15 kilometer dari Manavgat Antalya, tujuan wisata yang populer. Para ahli telah memperingatkan perubahan iklim di negara-negara seperti Turki meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan.

15. Malapetaka kebakaran hutan Lebanon
Kebakaran hutan mendatangkan malapetaka di seluruh Lebanon pada Juli 2021 karena rekor suhu musim panas terus melanda wilayah tersebut. Para korban termasuk seorang anak laki-laki berusia 15 tahun yang bergegas ke tempat kejadian untuk membantu memadamkan api.

Selama dua tahun terakhir, ratusan kebakaran melanda Lebanon dan daerah dataran tinggi pesisir Suriah selama gelombang panas musim panas dan memaksa ratusan orang mengungsi dari rumah mereka. Selain kebakaran hutan, panas terik telah menyebabkan kekurangan listrik dan air.

Baca juga : Tito Pastikan Usulan 1 Maret Hari Besar Nasional Diproses

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler