AS Akui Salah Hitung Saat Kerahkan Serangan Drone di Kabul

AS mengakui salah perhitungan saat meluncurkan drone sehingga makan korban anak-anak

AP Photo/J. Scott Applewhite
Sebuah bendera Amerika dikibarkan di Pentagon di Washington, Sabtu, 11 September 2021. AS mengakui salah perhitungan saat meluncurkan drone sehingga makan korban anak-anak. Ilustrasi.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) pada Rabu (3/11) mengakui ada kesalahan perhitungan ketika mengerahkan serangan pesawat tak berawak atau drone pada Agustus lalu di Kabul. Inspektur Jenderal Angkatan Udara Sami Said mengatakan serangan tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian kriminal. Akan tetapi ada kesalahan perhitungan karena tidak memperhatikan keberadaan anak-anak beberapa menit sebelum serangan itu terjadi.

“Itu adalah kesalahan yang disesalkan. Ini murni kesalahan " kata Said.

Said menjelaskan ketika meninjau data dan rekaman video, dia menemukan bukti ada satu anak yang berada di dekat lokasi target. Anak itu ada di lokasi sekitar dua menit sebelum serangan drone. Namun Said tidak memperhatikan kehadiran anak itu.

Penyelidikan oleh inspektur jenderal angkatan udara menyebut serangan itu disebabkan oleh kesalahan eksekusi, salah menafsirkan informasi yang mendukung sudut pandang tertentu, dan gangguan komunikasi. Terkait kesalahan tersebut, Said tidak merekomendasikan tindakan disipliner tapi menyerahkan semua keputusan kepada komandannya. Menurutnya, harus ada yang bertanggung jawab atas kesalahan ini.

Salah satu pendiri dan presiden Nutrition and Education International, Steven Kwon, yang mempekerjakan salah satu korban serangan mengatakan penyelidikan serangan drone tersebut sangat mengecewakan dan tidak memadai. “Menurut Inspektur Jenderal ada kesalahan tetapi tidak ada yang bertindak salah dan saya bertanya-tanya, bagaimana bisa?" ujar Kwon.

Amerika Serikat melancarkan serangan drone pada 29 Agustus yang  menewaskan 10 warga sipil termasuk tujuh anak-anak. Militer menyebut insiden ini sebagai kesalahan tragis.

Baca Juga


Awalnya, Pentagon mengatakan serangan itu menargetkan seorang pelaku bom bunuh diri ISIS. Target disebut menjadi ancaman bagi pasukan pimpinan AS di bandara saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan dari Afghanistan. Serangan itu terjadi beberapa hari setelah ISIS melancarkan serangan bom bunuh diri yang menewaskan 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan di bandara Kabul.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler