Bakteri Streptococcus Kian Mengancam Ibu Hamil dan Bayi

Kasus kematian pada ibu hamil dan bayi cukup mengerikan akibat bakteri Streptococcus.

Pexels
Kasus kematian pada ibu hamil dan bayi cukup mengerikan akibat bakteri Streptococcus.
Rep: Rahma Sulistya Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti Inggris bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahaya bakteri bagi ibu hamil dan bayi. Pasalnya, jumlah kasus akibat bakteri yang berakibat fatal ternyata cukup mengerikan.

Baca Juga


Dalam laporan baru yang dirilis pekan ini, dilansir dari laman gizmodo, Sabtu (6/11), para peneliti memperkirakan infeksi yang disebabkan bakteri Streptokokus Grup B terkait dengan 46.000 kematian saat melahirkan, dan 91.000 kematian bayi baru lahir. Kemudian, lebih dari setengah juta kelahiran prematur di seluruh dunia pada 2020 lalu.

Streptokokus Grup B adalah bakteri yang biasanya mengelompok bersama menjadi rantai garis tunggal. Meskipun ada tujuh kelompok besar bakteri streptokokus, hanya ada satu spesies bakteri yang diketahui termasuk dalam kelompok B yang disebut Streptococcus Agalactiae.

Bakteri itu secara rutin ditemukan di usus dan vagina pada sepertiga manusia dunia. Namun, biasanya tidak menyebabkan penyakit.

Selama kehamilan, bakteri ini ternyata bisa bermigrasi ke bagian tubuh lain, seperti saluran kemih. Bakteri ini juga bisa masuk ke janin di dalam rahim, atau menginfeksi bayi baru lahir selama persalinan, atau pada pekan pertama kehidupan bayi.

Infeksi saluran kemih pada orang tua dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur. Sedangkan infeksi plasenta dan cairan ketuban meningkatkan risiko kelahiran prematur, kematian lahir, kematian bayi baru lahir, dan cacat bawaan.

Pada bayi baru lahir yang terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan sepsis, peradangan luas yang menguasai tubuh, dan dapat dengan cepat menjadi fatal. Infeksi bakteri telah lama disebut sebagai penyebab umum sepsis pada bayi baru lahir.

Namun pada 2017, para peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, melakukan upaya pertama untuk mengukur bahaya bakteri tersebut secara global. Peneliti memperkirakan bahwa sekitar 150 ribu kelahiran mati dan kematian bayi baru lahir per tahun, terkait dengan Streptokokus Grup B.

Sekelompok peneliti ini adalah yang pertama mengukur jumlah kelahiran prematur yang tidak hanya meningkatkan risiko kematian bayi baru lahir tetapi juga komplikasi jangka panjang seperti perkembangan terhambat dan cacat bawaan. Penelitian ini juga memperkirakan sekitar 20 juta orang hamil pada 2020 diserang bakteri Streptokokus Grup B, menempatkan mereka pada risiko infeksi serius. 

Perkiraan untuk kelahiran mati dan kematian pada bayi baru lahir pada 2020 hampir sama dengan 2017. Meskipun bakteri ini dapat ditemukan di mana-mana, perempuan hamil dan anak-anak di negara berpenghasilan rendah hingga menengah adalah yang paling mungkin rentan terkena infeksi, terutama di Afrika.

“Penelitian baru ini menunjukkan bahwa Streptokokus Grup B adalah ancaman utama dan masih kurang diperhatikan,” kata Ahli Medis di Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Phillipp Lambach, dalam sebuah pernyataan.

Para ahli juga mencatat bahwa antibiotik tidak dapat mencegah sebagian besar kasus kelahiran mati dan kelahiran prematur yang terkait dengan infeksi bakteri. Solusi jangka panjang yang paling menjanjikan untuk mencegah bahaya dari bakteri Streptokokus Grup B adalah vaksin yang dapat diberikan kepada semua perempuan di awal kehamilan.

Mereka memperkirakan bahwa vaksin efektif diberikan kepada 70 persen perempuan hamil. Vaksin akan mencegah sekitar 50.000 kematian bayi dan mengurangi lebih dari 170 ribu kelahiran prematur per tahun.

“Vaksinasi ibu dapat menyelamatkan nyawa ratusan ribu bayi di tahun-tahun mendatang, namun 30 tahun sejak ini pertama kali diusulkan, dunia belum memberikan vaksin. Sekarang saatnya bertindak,” kata Direktur Pusat Kesehatan Reproduksi & Anak Remaja Maternal di London School of Hygiene & Tropical Medicine, Joy Lawn.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler