Vaksin Merah Putih Unair Masuki Tahap Uji Klinis

Uji praklinik vaksin Unair terhadap hewan memiliki efisiensi yang tinggi

Pixabay
Vaksin Covid-19 (ilustrasi)
Rep: Dadang Kurnia Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan dukungannya terhadap pengembangan Vaksin Merah Putih buatan Universitas Airlangga (Unair). Pernyataan tersebut disampaikan secara langsung dalam Sidang Terbuka Dies Natalis Unair ke-67 pada Selasa (9/11).

Budi mengatakan, uji praklinik vaksin produksi Unair terhadap hewan menunjukkan hasil yang bagus dan memiliki efisiensi yang tinggi. Ia melanjutkan, untuk tahap selanjutnya yakni terkait uji klinik kepada manusia yang itu diserahkan kepada PT. Biotis Pharmaceuticals Indonesia.

Budi menjelaskan, uji klinik tahap pertama dimaksudkan untuk melihat aspek keamanan (safety) dari vaksin dan membutuhkan 100 orang sebagai sampel. Kemudian, uji klinik tahap kedua yang akan melibatkan sekitar 400 orang guna melihat aspek terkait imunogenisitasnya. Adapun untuk uji klinik tahap ketiga yang akan melibatkan sekitar 3.000 orang untuk melihat efikasi vaksin itu sendiri.

“Saya berdoa mudah-mudahan lancar sehingga pada semester kedua tahun depan, Vaksin Merah Putih telah bisa diproduksi,” ujarnya.

Terkait skenario penggunaan Vaksin Merah Putih Unair, Budi menyatakan masih dalam tahap penyusunan. Jadi, selain digunakan untuk proses vaksinasi yang diberikan sebanyak dua kali, skenario lain yang sedang disusun adalah terkait penggunaan vaksin sebagai booster dan juga untuk anak-anak.

“Jadi, skenario pertama digunakan untuk suntik vaksin sebanyak dua kali. Kemudian untuk skenario kedua vaksin akan disuntikkan sebanyak satu kali sebagai booster, sehingga dapat menguatkan vaksin sebelumnya. Skenario ketiga vaksin akan disuntikkan sebanyak dua kali dengan sasaran anak-anak di bawah 12 tahun,” kata Budi.

Budi mengatakan, apa yang dilakukan Unair dan PT. Biotis Pharmaceuticals Indonesia dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih adalah hal yang luar biasa. Karena dapat menyelesaikan proses penelitian hingga uji praklinik bis aberjalan kurang dari satu tahun. Sejak awal pengembangan, kata Budi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah dilibatkan. Sehingga, semua pihak bersama-sama melakukan percepatan dalam mengembangkan vaksin pertama buatan dalam negeri.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler