Ini Hasil Uji Coba Vaksin Sinovac dan Pfizer untuk Anak-Anak

Pada tubuh anak yang divaksinasi terbentuk antibodi terhadap Covid-19.

AP/Mary Altaffer
Sebuah botol dengan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 untuk anak-anak berusia lima hingga 12 tahun terlihat di The Children
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan anak-anak usia 6 hingga 17 tahun mendapatkan vaksin Covid-19 jenis Sinovac dan Pfizer. Rekomendasi itu dirumuskan IDAI setelah melihat hasil penelitian dua jenis vaksin Covid-19 itu.

Baca Juga


Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Rahimi Syaidah menyebutkan, ada banyak sekali merk vaksin Covid-19 yang beredar di Indonesia, di antaranya yaitu Sinovac, Pfizer, Moderna, hingga Johnson & Johnson. 

"Tetapi untuk anak dan remaja yang disetujui IDAI adalah Sinovac dan Pfizer. Dua jenis vaksin itu disetujui karena sudah melalui fase penelitian," ujarnya saat webinar virtual yang diadakan Pengabdian Masyarakat FK UI bertema Upaya Pemberdayaan Remaja Melalui Edukasi dan Penyampaian Informasi yang Benar Mengenai Covid-19 Serta Menjaga Kesehatan Kesehatan di Masa Pandemi, Selasa (9/11).

Pada uji vaksin Sinovac, relawan anak 3 hingga 17 tahun fase satu dan dua dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberikan vaksin Sinovac dan yang lain hanya Plasebo atau vaksin kosong. Terungkap, tubuh anak yang diberikan vaksin Sinovac membentuk antibodi 100 persen, sementara tubuh anak yang diberikan placebo tidak terbentuk antibodi. 

Kemudian ia menyebutkan, vaksin Pfizer diujikan pada anak usia 12 hingga 15 tahun dan ada juga yang mendapatkan plasebo. Hasilnya, dia melanjutkan, kelompok anak yang mendapatkan vaksin Pfizer ternyata 100 persen tidak terinfeksi Covid-19 sementara kelompok lain yang diberikan plasebo sebanyak 5 persen anak terpapar Covid-19 dari teman-temannya atau orang tua yang terkena Covid-19.

Terkait kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin Covid-19, ia mengakui ini menjadi alasan banyak orang takut divaksinasi. Banyak gosip soal si A meninggal dunia karena vaksin Covid-19 atau ada yang jadi lumpuh setelah mendapatkan imunisasi Covid-19 membuat seseorang urung divaksinasi. Padahal, ia menjelaskan KIPI ada klasifikasinya. 

Apabila KIPI terjadi pada orang yang sudah divaksinasi Covid-19, maka diklasifikasikan kelas 1. Misalnya, bayi mendapatkan vaksin DPT dan setelah itu mengalami demam tinggi memang karena reaksi dari vaksinnya. 

 

Namun, ada juga orang yang sudah divaksinasi Covid-19 kemudian meninggal dunia dan setelah dicek ternyata beberapa hari sebelumnya baru pulang dari Papua ternyata terinfeksi malaria. Ia meninggal dunia karena malaria, bukan karena vaksin. 

"Tetapi yang disalahkan adalah vaksin Covid-19. Banyak berita yang beredar bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kematian," ujarnya.

Oleh karena itu, ia meminta jika ada anak atau orang yang mengeluh setelah divaksinasi kemudian mengalami gejala harus dilaporkan pada petugas. Mengenai nomor kontak petugas yang bisa dihubungi, ia menyebutkan di kartu vaksinasi yabg diberikan usai vaksin sudah ada nomor yang bisa dihubungi.

"Nanti laporkan (KIPI) dan ada komite yang memeriksa apakah memang gejala yang muncul akibat reaksi vaksinnya atau bukan," ujarnya.

Oleh karena itu, ia meminta kalau ada berita terkait reaksi vaksin Covid-19, sebaiknya klarifikasi terlebih dahulu apakah memang karena vaksinnya atau ada kejadian lain. Jadi, jangan asal dipercaya. 

"Kita punya tim ahli sendiri yang akan memeriksa  sebenarnya penyebanya apa," katanya.

Terkait KIPI Vaksin Covid-19 pada anak, ia mencatat anak-anak menggunakan vaksin Sinovac dan hasilnya sekitar 17 persen mengeluhkan nyeri pada tempat suntikan. Sementara anak yabg menggunakan Pfizer ternyata hampir 90 persen mengeluhkan nyeri pada tempat suntikan kemudian mengeluhkan sakit kepala dan sisanya kelelahan. Ada juga yang mengeluhkan setelah disuntik vaksin Pfizer mengeluh menggigil, demam, pusing, nyeri otot, hidung meler tapi tidak banyak. 

 

"Mayoritas nyeri pada tempat suntikan (usai divaksin Sinovac dan Pfizer). Tetapi lebih baik sakit sebentar karena disuntik daripada harus menderita karena harus dirawat di ruang intensif ICU (akibat Covid-19)," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler