Jaga Kadar Kolesterol, Makanan Apa yang Harus Dihindari?
Kenali makanan yang harus diasup dan dihindari untuk menjaga kadar kolesterol.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zat seperti lemak yang ditemukan dalam darah dikenal sebagai kolesterol. Para ahli merekomendasikan untuk menerapkan gaya hidup sehat, olahraga teratur, dan mengonsumsi makanan seimbang.
Hal itu untuk mengelola kadar kolesterol secara efisien. Selain itu, penting untuk menghindari risiko komplikasi kesehatan seperti strok, penyakit kardiovaskular, dan lainnya.
Tubuh manusia dapat mensintesis kolesterol secara alami. Namun, pola makan bisa menjadi sumber utama kolesterol, sehingga penting untuk memperhatikan asupan yang dikonsumsi. Berikut daftar makanan yang perlu dikonsumsi maupun harus dihindari bagi penderita kolesterol.
Makanan untuk pengelolaan kolesterol yang sehat
1. Oat
Oat telah menjadi salah satu pilihan sarapan favorit banyak orang. Kandungan serat larut yang kaya membuatnya aman untuk kolesterol. Namun, pastikan untuk menghindari gandum olahan karena dapat memiliki efek buruk pada kadar kolesterol, dikutip dari laman Times Now News, Selasa (9/11).
2. Kacang-kacangan
Berbagai kacang-kacangan seperti almond, walnut, pecan, kerap menjadi bagian dari diet di seluruh dunia. Sering disalahartikan sebagai makanan yang tidak sehat karena kandungan lemaknya, pengidap masalah kolesterol justru cenderung menjauhi kacang-kacangan. Padahal, ini sumber lemak sehat yang dapat membantu meningkatkan HDL, juga dikenal sebagai kolesterol "baik" dan menurunkan LDL, atau kolesterol "jahat".
3. Okra
Makanan hijau kaya serat ini merupakan sumber antioksidan. Selain membantu pencernaan, okra juga ramah kolesterol dan harus ditambahkan ke dalam makanan.
Makanan yang harus dihindari:
1. Kue
Gula sering disebut sebagai racun putih. Makanan penutup seperti kue, kue kering, dan makanan manis lainnya bisa mengandung kadar gula yang berlebihan. Konsumsi yang sama dapat menyebabkan peningkatan LDL atau juga dikenal sebagai kolesterol "jahat".
2. Kentang goreng
Siapa yang tidak suka kentang goreng? Terlepas dari popularitasnya, kentang goreng sering mengandung minyak dalam jumlah tidak sehat yang dapat menyebabkan kadar kolesterol menjadi tinggi.
3. Makanan olahan
Industri makanan dan atau minuman olahan tumbuh subur karena dapat diproduksi secara massal, mudah disimpan, serta biaya produksi yang cukup murah. Berbagai makanan olahan seperti keju, sereal sarapan, makanan kaleng, siap saji, tersedia di pasaran dengan harga terjangkau. Hanya saja, itu mungkin bukan pilihan terbaik bagi orang yang menderita masalah kolesterol. Konsumsi rutin makanan olahan dapat menyebabkan kadar kolesterol akibat tingkat gula, pengawet, garam, dan minyak tidak sehat dari asupan.
Cek kolesterol sejak usia 20
Dr Vito A Damay SpJP(K) menjelaskan, di masa muda banyak orang mungkin lebih fokus dalam mengejar karier dan kesuksesan, sehingga mengesampingkan kesehatan mereka. Dampak dari hal tersebut mungkin tak akan dirasakan saat ini, melainkan di masa mendatang.
Saat mereka mulai "memanen" hasil usaha dari kerja keras mereka, hasil usaha tersebut bisa saja habis untuk membiayai pengobatan penyakit mereka karena tak menjaga kesehatan sejak dini, termasuk kesehatan jantung.
Terkait penyakit jantung, kadar kolesterol dan tekanan darah merupakan faktor yang tak boleh diabaikan. Menurut dr Vito, pemeriksaan kadar kolesterol darah dan tekanan darah perlu dilakukan secara rutin ketika seseorang berusia 20 tahun.
"Karena penyakit hipertensi bisa terjadi pada usia muda dan tanpa ada keluhan sama sekali, jadi kalau tidak periksa tak akan tahu," jelas Vito yang merupakan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.
Pola makan buruk yang terbentuk sejak usia muda juga bisa mempengaruhi kadar kolesterol. Apalagi, saat ini banyak orang orang muda yang masih bekerja dari rumah (WFH) dan pola hidupnya ikut berubah, seperti sering mengemil, jarang beraktivitas fisik, bahkan tidur terlalu larut karena rapat daring hingga malam.
"Aku bilang ini adalah work from home disease (penyakit bekerja dari rumah)," ungkap dr Vito.
Menurut dr Vito, ada beberapa faktor risiko penyakit jantung yang tidak bisa diubah seperti usia. Akan tetapi, ada cukup banyak faktor-faktor risiko penyakit jantung lain yang bisa dimodifikasi dan diperbaiki.
"Yang bisa berubah apa? Setop merokok, rajin bergerak, kontrol tekanan darah, kontrol kolesterol, kontrol diabetes (bila ada), kurangi itu semua, kurangi faktor risiko jantung menurunkan risiko sampai 80 persen," ujar dr Vito.