India Buru Penyebar Hoaks Serangan Anti-Muslim di Tripura
Polisi menemukan 102 unggahan memprovokasi konflik umat komunitas agama yang berbeda.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rossi Handayani, Kiki Sakinah, Andrian Saputra, Meiliza Laveda
AGARTALA -- Polisi India tengah memburu pemilik sekitar 100 akun media sosial yang dituduh menyebarkan 'berita palsu' setelah serangan massa di masjid-masjid di negara bagian Tripura di timur laut negara itu.
Pada Oktober lalu, kekerasan meletus di Tripura di sela-sela unjuk rasa ratusan pengikut kelompok nasionalis Hindu sayap kanan. Insiden itu tampaknya merupakan serangan balas dendam yang dipicu oleh pembunuhan beberapa jamaah Hindu di seberang perbatasan di Bangladesh yang berpenduduk mayoritas Muslim.
Dalam insiden serangan anti-Muslim itu, empat masjid dirusak dan beberapa rumah serta bisnis milik Muslim digeledah. Menurut polisi, masyarakat hendak mengobarkan kekerasan lebih lanjut dengan membagikan gambar menyesatkan di media sosial setelah insiden itu.
"Akun-akun yang diidentifikasi menyebarkan rumor, berita palsu, video palsu, dan foto-foto palsu yang bahkan tidak terkait dengan Tripura. Masih terlalu dini tetapi semua orang akan dikenali dan ditangkap karena pemalsuan semacam itu," kata seorang perwira polisi senior di negara bagian itu tanpa menyebut nama, dilansir di The Guardian, Selasa (9/11).
Sebuah laporan polisi yang dirilis ke media pada Sabtu lalu menemukan 102 unggahan yang dikatakan diterbitkan oleh "penjahat tak dikenal" untuk memprovokasi konflik antara orang-orang dari komunitas agama yang berbeda. Laporan media lokal mengatakan polisi telah menulis surat ke Facebook, Twitter, dan YouTube menuntut agar unggahan tersebut dihapus.
Banyak unggahan yang dinilai menyinggung telah dihapus pada Ahad lalu. Unggahan yang tetap beredar sebagian besar tampaknya menyoroti penderitaan Muslim yang menjadi sasaran serangan.
Salah satu unggahan oleh seorang jurnalis India yang berbasis di Delhi, yang diterbitkan pada hari kejadian tanpa disertai foto atau rekaman dan disorot dalam dokumen polisi bertuliskan, "Tripura terbakar!" Serangan bulan lalu membuat negara bagian Tripura dalam siaga tinggi. Pasukan keamanan menjaga masjid dan polisi melarang pertemuan lebih dari empat orang. Tripura sendiri dipimpin oleh partai Bharatiya Janata pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.
Para pemimpin komunitas Muslim minoritas India mengatakan mereka semakin menjadi sasaran serangan dan ancaman dengan sedikit kesempatan untuk meminta bantuan resmi sejak partai nasionalis Hindu berkuasa pada 2014. Sebuah pernyataan dari koalisi kelompok Muslim India, pada Sabtu, mengatakan pemerintah negara bagian belum memulai tindakan besar apa pun terhadap mereka yang melakukan kekerasan.
"Para petugas polisi yang tidak mencegah kekerasan itu juga harus menjadi subjek penyelidikan dan tindakan harus diambil terhadap mereka," kata koalisi kelompok Muslim India.
Polisi Tripura di media sosial mereka mengatakan gambar-gambar dari kekerasan yang beredar di media itu palsu. “Orang-orang tertentu dengan menggunakan ID media sosial palsu menyebarkan berita/rumor palsu di Tripura. Diinformasikan situasi hukum dan ketertiban di negara bagian tersebut benar-benar normal,” kata polisi di Twitter.
Polisi Tripura, India telah menangkap empat orang anggota kelompok Muslim Tahreek Farogh-e-Islam yang pergi ke negara bagian timur laut untuk menyaksikan kekerasan komunal. Sekretaris Jenderal Tahreek Farogh-e-Islam Aamir Aarfeen Rizvi mengatakan empat anggota senior melakukan perjalanan dari Delhi ke Tripura untuk melihat situasi di sana.
Namun, saat larut malam, mereka dipanggil dan ditangkap oleh polisi setempat. “Tim kami sedang menuju ke Tripura dan akan memperjuangkan kasus ini secara hukum,” kata Rizvi. Penangkapan ini juga dikonfirmasi oleh polisi Tripura.
Pejabat Polisi Tripura Subrata Chakraborty mengatakan keempat orang itu ditangkap sehubungan dengan kasus yang terdaftar sebagai insiden terbaru. Meski begitu, dia tidak memberikan informasi lebih lanjut dan mengatakan penyelidikan tengah berlangsung.