Astronom Saksikan Cahaya Paling Terang dari Inti Galaksi

Cahaya itu membantu memahami proses penggabungan galaksi di alam semesta awal.

www.kaheel7.com
Alam semesta (ilustrasi).
Rep: Rizky Suryarandika Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, NEWDELHI -- Sekelompok astronom dari seluruh dunia, termasuk dari Raman Research Institute (RRI) di Bengaluru, India telah melihat cahaya paling terang dari blazar yang disebut PG 1553+113. Astronom mengatakan analisis tersebut akan membuka jalan untuk memahami proses penggabungan galaksi di alam semesta awal. 

Baca Juga


Peneliti di RRI, Aditi Agarwal bersama dengan kolaborator dari seluruh dunia, menangkap suar ini menggunakan teleskop 1.3m JC Bhattacharya (JCBT), Kavalur, India. Para astronom kemudian mempelajari cahaya suar selama 76 malam di blazar tersebut menggunakan sembilan teleskop berbeda di seluruh dunia. 

Blazar adalah inti galaksi aktif (AGN), yaitu wilayah padat di pusat galaksi. Suar dalam blazar adalah kilatan kecerahan yang tiba-tiba, seperti jilatan api matahari. PG 1553+113, yang merupakan kandidat utama untuk sistem lubang hitam supermasif biner akhir-akhir ini menarik perhatian ilmuwan karena emisi sinar gamma berulang bersifat kuasi-periodik.

RRI adalah lembaga otonom dari Departemen Sains dan Teknologi (DST). Agarwal menunjukkan bahwa galaksi sering bergabung sepanjang waktu kosmik. Ia mengatakan setiap kali dua galaksi memiliki lubang hitam supermasif (SMBH) di pusatnya, pembentukan SMBH biner tidak dapat dihindari. 

“SMBH, tidak dapat dilihat secara spasial dengan teknik saat ini. Karena itu, untuk mencarinya, para ilmuwan harus mengandalkan metode tidak langsung," kata Agarwal dilansir dari deccanherald pada Kamis (11/1).

Agarwal menyebut salah satu strategi pencarian tidak langsung ini didasarkan pada pendeteksian periodisitas pada sumbernya. Sebab beberapa kandidat yang menampilkan variabilitas kurva cahaya kuasi-periodik telah muncul dari survei langit besar dan program pemantauan jangka panjang. 

"PG 1553+113 adalah salah satunya yang meledak dan menghasilkan emisi energi yang sangat tinggi," kata Agarwal.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Astronomy and Astrophysics.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler