Israel Janji Izinkan Warga Gaza ke Utara ini Hari

Kesepakatan terkait dilepaskannya salah satu sandera Israel.

(AP Photo/Jehad Alshrafi)
Pengungsi Palestina meninggalkan Khan Younis untuk kembali ke Rafah, menyusul gencatan senjata antara Hamas dan Israel, di Jalur Gaza, Ahad, 19 Januari 2025.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebuah kesepakatan telah dicapai antara perlawanan Palestina dan Israel, yang akan memulangkan warga Palestina ke rumah mereka di Jalur Gaza utara pada Senin. Timpalannya, Hamas sepakat untuk membebaskan tiga tawanan Israel sebelum Jumat, 31 Januari 2025. 

Baca Juga


Hal ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari. Pertukaran khusus ini terjadi setelah rezim Israel melanggar klausul perjanjian gencatan senjata, dengan menghalangi jalan warga Palestina yang datang dari wilayah selatan, menuju rumah mereka di Jalur Gaza utara. Rezim Israel mengatakan bahwa mereka akan terus memblokir jalan warga Palestina sampai tawanan Israel Arbel Yehud dibebaskan. 

Almayadeen melansir. Yehud ditahan oleh Brigade al-Quds Jihad Islam Palestina (PIJ), setelah ditangkap pada 7 Oktober 2023. Rezim Israel mendorong pembebasan Yehud pada hari Sabtu dengan dalih status sipilnya, namun Perlawanan Palestina menganggapnya menjadi seorang tentara yang bertugas dengan pasukan pendudukan Israel. 

Kini, para mediator memfasilitasi sebuah kesepakatan, yang akan menghasilkan pembebasan Yehud dan dua tawanan lainnya yang tidak disebutkan namanya sebelum hari Jumat mendatang dengan imbalan pembebasan lebih banyak tahanan Palestina dan yang lebih penting adalah kembalinya warga Palestina ke Jalur Gaza utara pada Senin.

Perlawanan Palestina juga akan membebaskan tiga tawanan lainnya pada Sabtu, sesuai dengan perjanjian gencatan senjata awal. Perlu dicatat bahwa Yehud bekerja untuk NSO Group Technologies yang terkenal, sebuah perusahaan Israel yang memproduksi spyware Pegasus.


Selain itu, al-Ansari mengatakan bahwa pengaturan baru ini juga membuat Perlawanan Palestina mengungkapkan status sejumlah tawanan yang seharusnya dibebaskan pada tahap pertama perjanjian gencatan senjata. 

Sementara itu, rezim Israel akan menyerahkan daftar termasuk nama 400 warganya yang ditahan sejak 7 Oktober 2023, setiap hari Minggu hingga tahap pertama selesai. 

Dalam sebuah pernyataan, Hamas juga menegaskan bahwa mereka memberikan mediator Qatar dan Mesir status spesifik setiap tawanan yang akan dibebaskan pada tahap perjanjian ini. Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan pendudukan Israel akan mengizinkan warga Palestina menyeberang ke Gaza utara pada Senin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler