Isra Miraj Jadi Perjalanan di Luar Nalar, Begini Cara Nabi Patahkan Keraguan Tokoh Quraisy
Rasulullah diuji oleh Muth'im yang meminta gambaran tentang Baitul Maqdis.
REPUBLIKA.CO.ID, Isra Mi'raj merupakan sebuah mukjizat Nabi SAW sekaligus menjadi ujian keimanan bagi orang-orang beriman saat itu. Apa sebenarnya yang Nabi Muhammad SAW alami pada malam itu? Muhammad Ridha dalam Sirah Nabawiyah mengutip riwayat dari Malik bin Sha’sha’ah, Rasulullah menceritakan tentang malam saat beliau diisrakan.
“Kata beliau, ‘Ketika aku sedang berada di al-Hathim—atau beliau mengatakan di Hijir— sambil berbaring miring, tiba-tiba datanglah seseorang datang kepadaku.’ Selanjutnya, beliau berkata dan aku mendengar dia mengatakan, ‘Lalu orang itu membedah antara ini dan ini—yang ditafsirkan sebagai dari pangkal tenggorokan sampai tempat tumbuhnya rambut di bawah perut'.”
Hati Rasulullah pun dikeluarkan. Kemudian, didatangkan kepada beliau bejana dari emas penuh dengan iman. Orang itu membasuh hati Rasulullah, kemudian diisi dan dikembalikan.
Selanjutnya, didatangkan kepada beliau seekor kendaraan yang lebih kecil dari bighal dan lebih besar dari keledai berwarna putih. Kendaraan itu kerap disebut sebagai buraq. Itulah yang mengantar Rasulullah ke Baitul Maqdis untuk kemudian pergi ke Sidratul Muntaha.
Rasulullah SAW memberi tahu orang-orang tentang apa yang beliau lihat dan alami selama perjalanan. Rasulullah menceritakan tentang perjalanan Isranya kepada sejumlah orang Quraisy. Mereka benar-benar tidak percaya terjadinya peristiwa itu.
Sebagian mereka bertepuk tangan dan sebagian lainnya meletakkan tangan di kepala. Ada juga riwayat yang mengatakan murtadnya beberapa Muslim karena kisah tersebut.
Salah satu tokoh kaum Quraisy, Muth’im bin Adi, berkata, “Sesungguhnya urusanmu sebelum hari ini aku anggap kecil, kecuali urusanmu pada hari ini. Ini benar-benar bukti bahwa engkau memang berdusta. Kami biasa mengendarai unta ke Baitul Maqdis, berangkat satu bulan dan pulangnya satu bulan. Benarkah engkau mengaku telah datang ke sana dalam satu malam saja? Demi Lata dan ‘Uzza, aku sama sekali tidak percaya kepadamu dan kepada apa pun yang engkau katakan.”
Berbeda dengan Muth’im, Abu Bakar, sahabat yang selalu memercayai dan membenarkan Rasulullah, memberi kesaksiannya saat ditanya sekelompok kaum musyrikin. Mereka berkata, “Maukah kamu datang kepada temanmu (Rasulullah SAW) itu? Dia mengaku tadi malam telah dibawa berjalan ke Baitul Maqdis.”
“Benarkah dia mengatakan begitu?” tanya Abu Bakar. Mereka menjawab, “Ya.”
“Kalau benar dia mengatakan begitu, maka aku percaya,” ujar Abu Bakar tegas.
Kaum Quraisy kembali menguji Abu Bakar dengan pertanyaan selanjutnya. “Apakah engkau percaya kepadanya bahwa dia telah pergi ke Baitul Maqdis dan sebelum pagi dia telah kembali?” tanya mereka.
Abu Bakar menjawab dengan tegas, “Ya, sesungguhnya aku memercayai dia lebih jauh dari itu. Aku memercayai dia tentang berita dari langit yang datang pagi dan sore.”
Rasulullah pun diuji oleh Muth’im yang meminta gambaran tentang Baitul Maqdis. Datanglah Malaikat Jibril kepada Rasulullah sehingga beliau SAW mampu menerangkan satu per satu dengan detail tentang Baitul Maqdis.
Rasulullah bahkan mampu menjelaskan di mana lokasi pintu-pintu kiblat pertama umat Islam itu hingga tuntas. Mendengar penjelasan itu, Abu Bakar berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”
Tak hanya sampai ke Baitul Maqdis, Rasulullah SAW pun diantarkan naik menembus langit ketujuh. Dalam perjalanannya, Rasulullah yang ditemani Malaikat Jibril bertemu dengan para nabi Allah yang berada di tujuh lapisan langit tersebut.
Beliau SAW bertemu Nabi Adam AS, Nabi Yahya AS dan Isa AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Idris AS, Nabi Harun AS, Nabi Musa AS, hingga Nabi Ibrahim AS.
Setelah menembus langit ketujuh, Rasulullah sampai ke Sidratul Muntaha, tempat berada dua sungai di surga dan dua sungai di dunia—Sungai Nil dan Sungai Furad. Setelah memilih wadah minuman berisi susu—dari tiga pilihan madu, susu, dan khamr—Rasulullah SAW menerima perintah shalat lima waktu.