Laba Bersih Timah Melesat 340 Persen
Penjualan logam timah per September 2021 mencapai 19.059 metrik ton
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Timah Tbk mencatat lonjakan laba bersih pada periode sembilan bulan pertama tahun 2021. Sampai kuartal ketiga tahun ini, perseroan membukukan laba bersih Rp 612 miliar atau melesat 340 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mengalami rugi bersih hingga Rp 255 miliar.
Emiten berkode TINS ini juga mencatat peningkatan profitabilitas signifikan dengan capaian EBITDA per September 2021 sebesar Rp 1,8 trilium atau naik 108 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 870 miliar. EBITDA Margin juga naik menjadi 18,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 7,3 persen.
Per September 2021, PT Timah mencatatkan Gross Profit Margin sebesar 20,6 persen, Net Profit Margin sebesar 6,3 persen serta Debt to Equity Ratio sebesar 90,2 persen. Sedangkan arus kas operasional menjadi Rp 3,08 triliun.
Pulihnya ekonomi yang salah satunya ditandai dengan peningkatan konsumsi terhadap produk berhubungan dengan timah seperti produk elektronik membuat permintaan atas komoditas timah melesat. Namun, hal tersebut tidak seirama dengan produksi yang masih landai.
"Karena itu perseroan terus berupaya secara intensif untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi bijih timah," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS, Wibisono, dalam keterangannya, Kamis (11/11).
Per September 2021, produksi bijih timah perseroan mencapai 17.929 ton atau turun 48 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 34.614 ton. Sebesar 44 persen berasal dari penambangan darat, dan 56 persen berasal dari penambangan laut.
Penurunan produksi bijih timah ini masih terkait dengan adanya pandemi Covid-19 dan dinamika penambangan bijih timah di darat. Berbanding lurus dengan produksi bijih timah, produksi logam timah mencapai 19.120 metrik ton atau turun 49 persen.
Penjualan logam timah per September 2021 mencapai 19.059 metrik ton atau turun 58 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meskipun volume penjualan menurun, Perseroan mencatatkan harga jual rerata logam timah per September 2021 sebesar 30.158 dolar AS per metrik ton atau naik secara signifikan sekitar 79 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu
Besarnya permintaan timah dari negara manufaktur di dunia diprediksi akan membuat harga logam timah masih bertahan di kisaran 30.000 dolar AS sampai dengan akhir tahun 2021. Hal ini memberikan optimisme terhadap pencapaian kinerja TINS.
Sampai dengan September 2021, Asia masih menjadi destinasi utama ekspor timah TINS dengan kontribusi 53 persen, disusul Eropa 31 persen dan Amerika Serikat 11 persen. Adapun lima besar negara destinasi ekspor timah TINS secara berurutan adalah Korea Selatan 18 persen, Belanda 17 persen, Jepang 16 persen, Amerika Serikat 11 persen dan Italia 6 persen.
Dengan asumsi volume eksploitasi bijih timah saat ini, Wibisono mengatakan, perseroan mampu menopang operasi penambangan di masa yang akan datang. Dalam rangka mempertahankan keberlangsungan bisnis Perseroan, aktivitas eksplorasi atau penemuan cadangan baru terus dilakukan.
Sebagai perusahaan yang berwawasan lingkungan, TINS menerapkan prosedur penambangan yang ramah lingkungan sesuai dengan regulasi yang berlaku, didukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan pemberian sertifikasi PROPER yang merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.