Teguh, Pilih Bisnis Dimsum daripada Berkarier Manajer Bank
Teguh memulai berjualan dengan keluar masuk bazar untuk memasarkan produknya.
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Usia muda, berada di posisi karier yang bagus di sebuah bank sebagai manajer, namun Teguh (36) tidak berpuas diri. Ada perasaan yang membuatnya terus mencari agar keberkahan dan kebermanfaatan hidupnya lebih baik dari apa yang saat itu sudah didapatkan.
Mantan manajer terbaik bank swasta, tak membuat Teguh malu keluar masuk bazar memasarkan produknya demi meraih impian menjadi pengusaha sukses. Meski sempat ditentang keluarga, namun semangat Teguh tak padam, malah kian membara.
Teguh banting stir dan memilih resign pada 2015, untuk memulai membuka usaha sendiri. Kini pria asal Jambi dan saat ini berdomisili di Kota Depok patut berbangga usahanya terus bertumbuh dan jauh melebihi apa yang didapatnya ketika bekerja dulu.
Tidak banyak orang berani ambil keputusan untuk keluar dari zona nyaman. Terlebih jika di tempat kerjanya sudah menduduki jabatan level atas sebagai manajer bank lalu nekat keluar dari zona nyamannya demi menjadi wirausahawan.
Memang, jiwa usaha Teguh, sudah terlihat ketika masih kuliah. Pria lulusan S1 Ekonomi Universitas Padjajaran dan lulusan S2 MBA ITB ini pernah melakukan bisnis jual beli handphone dan menyewakan sepeda motor untuk para mahasiswa pertukaran pelajar dari Belanda.
"Saya dulu branch manager di salah satu bank. Karir saya pada saat itu bagus. Saya sering mendapatkan penghargaan yang tidak semua karyawan bisa dapat seperti itu. Dapat penghargaan Best Achiever," ujar Teguh.
Mengapa Teguh memutuskan untuk tidak meneruskan lagi menjadi manajer bank dan menapak karir yang lebih tinggi lagi? Alasannya, selain merasa memiliki jiwa bisnis, ia juga merasa bersalah bekerja di bank karena soal riba.
"Kemudian saya mulai cari-cari tahu tentang bank, segala macam. Tentang riba. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi bergabung dengan pekerjaan yang lama," ungkap pria yang berdomisili di Jalan Flamboyan Raya, Kota Depok ini.
Awal resign tentu ada penolakan dari kedua orang tua dan juga mertuanya. Orang tua yang berprofesi sebagai PNS, mertua yang berprofesi sebagai karyawan BUMN, amat sangat melarang Teguh untuk keluar dari pekerjaan yang sudah membesarkan namanya ini.
Tetapi, Teguh justru ingin membuka usaha bersama sang istri, Septin Aldila (35). Awalnya mereka membuka usaha minuman Thai Tea. Kemudian baru berjualan dimsum yang diberi nama Pabrik Dimsum.
"Dulu waktu awal-awal resign, saya masih bingung tuh mau usaha apa. Kemudian saya buka Thai Tea. Waktu itu jualan awalnya di bazaar, setiap hari Jumat kita jualan. Dan, kemudian dari bazar-bazar itu kita lihat, apa sih yang bagus untuk pasangan Thai Tea ini. Akhirnya kita memutuskan untuk jualan dimsum," tuturnya.
Di awal usaha, Teguh menjalani bisnis hanya berdua dengan istrinya. Istrinya pun juga meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan swasta. Teguh dan istri mulai mencari racikan dimsum yang enak sampai dengan urusan keuangan dan marketing.
"Kami memulai usaha, artinya kita sudah tidak memikirkan diri kita sendiri, kita harus siap untuk memikirkan orang lain. Tapi pas dijalani ternyata berusaha itu luar biasa perjuangannya," terangnya.
Kini Teguh sudah mempunyai 20 karyawan yang bekerja dalam dua shift selama 24 jam demi memenuhi permintaan dari pelanggannya. Dalam sehari, Teguh bisa mencetak 15 ribu sampai 20 ribu dimsum siap antar.
Tidak hanya itu, bisnis dimsum Teguh kini sudah mempunyai 17 distributor yang tersebar di seluruh Indonesia. Paling jauh berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Saat pandemi mulai masuk ke Indonesia, awalnya bisnis dimsum milik Teguh mengalami penurunan sebanyak 25 persen. Kemudian Teguh juga mengembangkan dengan menawarkan dimsum secara online. Sejak saat itulah, penjualannya meningkat kembali bahkan hingga seribu persen.
Ada banyak varian dimsum yang ditawarkan di Pabrik Dimsum milik Teguh. Mulai dari siomay, nori, gohyong, gyoza, ekado dan masih banyak lagi. Salah satu varian yang menjadi andalan di sana adalah dimsum lada hitam.
Untuk satu buah dimsum dijual sekitar Rp 1.850 hingga Rp 2.200. Dari penjualan dimsumnya tersebut, Teguh menyebutkan bahwa ia mendapat omzet yang sangat tinggi. "Kalau omzetnya sih sekarang sebulan mungkin sudah bisa beli mobil Pajero Sport atau bisa beli rumah sederhana di Kota Depok," ujarnya.
Teguh berharap usahanya bisa membantu orang-orang yang terdampak pandemi. Bisa menyerap tenaga kerja yang jumlahnya bertambah karena banyak usaha yang gulung tikar.
"Kita harus bisa bantu orang, bantu orang lebih banyak, dan bisa buka lapangan pekerjaan lebih banyak. Jadi dengan usaha ini, ini hanya sebagai alat buat kita biar bisa berbagi dengan orang lain." harapnya.
Mau tahu inspirasi dari kisah perjalanan bisnis dimsum Teguh di bawah bendera Pabrik Dimsum ini, yuk simak di channel YouTube Jagalilin ini.